Mohon tunggu...
Penaku
Penaku Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak-anak Pelosok Negeri

Menulis adalah Bekerja untuk keabadian. Awas namamu akan abadi dalam tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jemari yang Dikutuk Peradaban

13 Juni 2023   15:52 Diperbarui: 13 Juni 2023   15:59 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media sosial adalah salah satu hal yang paling krusial di era Kontemporer ini. Bagaimana tidak? Khalayak yang punya sarana informasi ini saban hari berinteraksi intens secara maya.

Dari isu lingkungan, sosial, politik, dan perkembangan global tak luput dari jangkauannya. Banyaknya manusia bumi yang bercokol dan berkehidupan atau mencari penghidupan pula didalamnya.

Beragam konten diciptakan. Dari narasi, videografi, cerita bergambar, juga cuitan-cuitan yang menggelikan tiap harinya. Hinggap kemudian pers yang katanya adalah perangkat ke empat dari demokrasi setelah Eksekutif, legislatif, dan Yudikatif singgah dan membuat indekos di ruang virtual itu.

Berangkat dari pada itu, sedikit menggambar situasi yang ada saat ini. Di Provinsi Sulawesi Tenggara lebih tepatnya. Gara-gara jemari yang kurang di potong "kuku kotor" sembarangan membuat cuitan pada media sosial, wa bilkhusus Facebook.

Pada beberapa hari yang lalu cuitan rasis menggemparkan kelompok tertentu. Dalam postingannya, menyebut salah satu suku yang leluhurnya adalah budak dan di perbudak. Nah, siapa yang tidak geli melihat ini. dalam cuitannya ini berdasarkan penelitian, tapi sumbernya pula tidak disebutkan. Sungguh adalah kengawuran yang hakiki.

Sudah barang tentu hal seperti yang berisiko besar pada persatuan bangsa. Tidak salah kalau UU ITE ada dan mengatur pola ini. Agar lebih berhati-hati dan bersuara. Kemerdekaan mengemukakan pendapat tidak bisa di artikan bebas semau-maunya.

Oknum pembuat cuitan itu sampai detik ini menjadi buruan empuk. Demonstrasi telah dilakukan, massa aksi yang tergabung dalam kelompok yang dihinakan dalam postingan itu, tidak akan tinggal diam. Sekarang kita melihat, ada yang blokade jalan, api membumbung meski hujan, macet pula dan menuntut untuk menangkap oknum itu.

Situasi di Kendari sedang dalam situasi yang tidak baik-baik saja. Suku Muna yang tinggal di area kota ini menyala murka saat eksistensi leluhur mereka dikatai dan di kotori. Sungguh jemari yang akan selalu di kutuk peradaban jika pada akhirnya seperti ini.

Setelah aksi di Polda senin kemarin, menyusul riak-riak di depan kampus ternama. Ratusan Polisi di turunkan untuk mengamankan. Gas air mata di luncurkan, bukan cuman menjalar di jalan tapi sampai di beberapa titik di area fakultas. Polisi menembakkan gas air mata di kampus dan cukup mengganggu aktivitas perkuliahan. Ini adalah sisi lain dari pada efek cuitan tadi.

Hingga Selasa pagi, tak salah kalau Polresta Kendari memohon maaf dalam konferensi pers atas insiden kemarin. Karena ini telah menodai kampus. Tapi apa hendak di kata kalau sekelompok massa aksi itu setelah terlibat dalam lempar melempar, lalu lari di dalam kampus. Karena dalam benaknya, tidak mungkin seragam coklat masuk di area sakral itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun