Mohon tunggu...
Penaku
Penaku Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak-anak Pelosok Negeri

Menulis adalah Bekerja untuk keabadian. Awas namamu akan abadi dalam tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Malam yang Ribut

29 Oktober 2022   19:58 Diperbarui: 29 Oktober 2022   20:00 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada detik sekarang
Berlalu saat engkau dengar
engkau sadar waktu telah lewat
Beberapa detik
Sebelum engkau benar-benar tersadar

Pada malam bernoktah putih 
berbulan temaram
berpendar mengisi mata berbinar
imaji kembali berselancar
ada aktivitas pada kepala
berputar-putar
Berpendar-pendar

Terisi 
Lalu pergi
kembali lalu tak datang lagi
engkau yang sibuk dengan rancu pada kepalamu
aku yang sibuk dengan candu pada pesona mu

Malam yang ribut 
Tak pernah bisa berdamai
Tak pernah berhenti bergerak
mengisi ruang-ruang kecil
mengisi harapan nadir

Hngga malam menghunus                   sampai ke sumsum tulang belakang menggetarkan jiwa mu

Mengalihkan tatapan netra mu
sungguh aku tak bisa berdamai dengan keributan ini  

Musafar 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun