Mohon tunggu...
Penaku
Penaku Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak-anak Pelosok Negeri

Menulis adalah Bekerja untuk keabadian. Awas namamu akan abadi dalam tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harga BBM Naik, Kasihan Rakyat Kecil

4 September 2022   19:55 Diperbarui: 4 September 2022   20:00 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Pertamina. Gambar dari Alonesia

Kalau pemerintah kembali menaikan harga BBM, maka secara otomatis masyarakat area pelosok semakin "menderita". 

Pada tanggal 3 September kemarin, harga BBM resmi naik, tepat sekali di hari libur juga saat harga minyak dunia perlahan menurun. Wah luar biasa. 

Indonesia adalah suatu negara yang pada dasarnya memiliki subsidi BBM terbesar untuk wilayah Asia Tenggara. Anggaran yang di gelontorkan itu kurang lebih 500 Triliunan.

Harga pertalite sebelum dinaikkan angkanya ini adalah Rp. 7.650, solar per liternya Rp. 5.150, Pertamax non Subsidi RP. 12.500. Sekarang semua bertambah naik. Pertalite jadi Rp 10.000, Solar jadi Rp 8.500, pertamax jadi Rp 14.500. Jagad Maya seketika bersorak. 

Jika Pertalite, Solar, dan Pertamax sama-sama naik, orang berada itu ketawa diatas kursi, rakyat miskin unduh saja dulu My Pertamina. 

Dari Krisis Minyak Global, membengkaknya APBN gara-gara subsidi yang salah sasaran, cadangan minyak Indonesia yang terbatas, cukup beralasan kalau Indonesia menaikkan harga BBM. 

Tetapi barangkali ada pihak yang dikorbankan dan merasakan dampak yang mencekik dari pada ini. Inflasi sudah pasti, daya beli masyarakat bisa turun. Ketakutan ekonomi, sosial pun menjerit. 

Alternatif terakhir sudah seperti ini sebenarnya dari versi pemerintah. Keputusan ini sangat disayangkan dan aneh. Harga minyak dunia perlahan turun. Kok, kita malah naikan harga BBM?

Terserah kalau menteri ESDM punya keterangan kalau alasan tersebut bukanlah indikator dari naiknya harga BBM. Perlukah kita salahkan orang kaya, yang lebih menikmati subsidi BBM ini. Ujung pukul ujung mobil mewah juga ngantri di SPBU, kasih habis saja Stok pertalite. 

Kenapa mereka tidak mengantri saja di tabung pertamax itu. Bukan kah itu untuk orang kaya. Pada akhirnya kita semua dibuat bimbang dengan keputusan ini. Mengalokasikan sebagian dana subsidi ke BLT (Bantuan Langsung Tunai). Karena subsidi sebelumnya salah sasaran. Yang salah sasaran pemerintah, kok BBM jadi naik. Siapa yang bisa menjamin distribusi BLT itu merata. 

Jangan sampai "Mafia" di negeri ini meraja lela. Kita sebut saja oknum. Dari pejabat pemerintahan, kepolisian, perguruan tinggi, apalagi mafia migas sialan, pencuri asli sumber daya alam demi kepentingan nafsu pribadi. Pengawasan belum menjamin bahkan belum berjalan Maximal. 

Intinya pemerintah semestinya pertahankan saja subsidi. Tinggal di turunkan pengawasan di SPBU itu, kasih turun tim khusus atau apa, memantau jalannya konsumsi kendaraan masyarakat. Kalau bisa cabut saja izin pertamax bersubsidi untuk orang dengan mobil mewah. Terobosan lain adanya larangan terhadap orang kaya untuk konsumsi subsidi BBM. 

Keputusan presiden ini bisa menurunkan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pak Jokowi. Rakyat akan merasakan penderitaan luar biasa. Harga pangan pasti ikutan naik. Biaya transportasi juga naik, kasihan rakyat kampung yang ada di pelosok. 

Harga botolan bensin itu, RP 10.000 perliter untuk warung-warung kecil. Naiknya Bensin jenis pertalite berimbas naiknya juga harga botolan bensin. Bisa 13.000,00 atau lebih, mana kebutuhan rakyat menengah ke bawah pas-pasan. 

Entah siapa yang mau di salahkan dari fenomena ini. Seorang negarawan mestinya berpikir untuk masa depan bangsa ini. Aset-aset vital mesti dilindungi. 

Aliansi gerakan mahasiswa atau organisasi kepemudaan lainnya rasa-rasanya tidak akan pernah diam menyikapi ini. 

Aksi tuntunan sampai pada penolakan naiknya harga BBM akan terus menggelora di permukaan. Indonesia "Pulih lebih cepat bangkit lebih kuat", jangan sampai hanya jargon belaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun