Terjadi pertentangan saat itu juga. Soekarno berada pada posisi yang rumit untuk mengambil keputusan. Pada pihak yang lain menghadap desakan kaum muda, ada juga kaum tua, ulama, maka hati nurani sebagai alat utama Soekarno dalam mengambil tindakan.
Meninggalkan kediaman Soekarno tanpa hasil, kaum muda kembali berkumpul dan terciptalah suatu agenda besar, keputusan berani yang telah dipilih. Bertempat di gedung Jalan Menteng Raya 31, niatan telah bulat keputusan telah diambil.
Kaum muda memutuskan "Menculik" kata kasarnya. Atau mengasingkan dua tokoh bangsa ini dalam rangka agar terhindar dari hasutan pihak luar. Syodanco Singgih dipilih sebagai aktor utama penculikan ini. Beliau adalah salah satu Batalion PETA ( Pasukan Pembela Tanah Air) Jakarta. Beliau di tunjuk untuk mendatangi dan membawa Soekarno-Hatta.
Sukarni, dan beberapa pemuda lainnya ikut dalam proses penjemputan paksa Soekarno dan Hatta ini. Namun ide tempat pengasingan, menjadi sepenuhnya dalam pikiran Singgih. Tempat strategis dan nyaman dalam mengatur skenario biarlah menjadi keputusan pasukan ini.
Terpilihlah Rengasdengklok. Bukan tanpa sebab, daerah ini paling strategis. Lika-liku tempat ini sudah dikuasai betul dalam ingatan Singgih. Pada wilayah ini Syodanco Singgih pernah melatih beberapa siswa, dikenal banyak orang dan aman dalam mengerakkan massa.
Pada malam bulan Ramadan saat semua sibuk dengan ibadah malamnya. Singgih, Sukarni, dan Wikana segera ke kediaman Hatta di jalan Diponegoro. Setelah tiba kemudian Membangunkan Bung Hatta agar bersedia mengikuti arahan kaum muda. Tidak terlalu ada penolakan 'asalkan Soekarno juga ikut, tutur Hatta.
Segera rombongan ini setelahnya ke jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, tempat Soekarno berada. Pada malam yang lengang saat do'a berlomba-lomba membumbung ke langit, tidak dengan dengan tokoh-tokoh pemuda/Mahasiswa ini. Demi bangsa Indonesia merdeka, kantuk bukanlah suatu penghalang untuk berkelana pada malam hari.
Soekarno dalam kisahnya, menuturkan peristiwa ini, menjelang sahur. Ketika itu sepi terdengar sayup-sayup dibalik belukar. Pintu terbuka sedikit sementara Soekarno belum tertidur, entah sebabnya apa. Tiba-tiba seseorang berpakaian menyeramkan. Menodongkan pistol dan pisau dan berkata, " berpakaian Bung, sudah saatnya tiba,".
Sosok ini adalah Sukarni. Datang menjemput paksa Soekarno. Sementara pada tempat yang sama singgih telah melakukan koordinasi dengan PETA Rengasdengklok, wilayah Purwakarta. Rengasdengklok dalam kendali Syodanco Singgih. Fasilitas PETA seperti kendaraan, senjata dan sebaginya menjadi pelengkap dalam perjalanan menuju pagi ini.
Rombongan ini pergi. Fatmawati juga turut serta bersama guntur usia 8 bulan. Ada juga dr. Soecipto dan beberapa rombongan yang ikut serta di belakang. Dalam benak pikiran Soekarno, tentu golongan muda dan prakarsa ini semua dari Sutan Syahrir. Terlepas dari itu, semua telah terjadi.
Shubuh sebelum matahari terbit 16 Agustus, tibalah rombongan di Rengasdengklok. Power terparkir di halamannya rumah dinas cudanco subeno. Waktu terus bergulir, pengawal lainnya kembali ke Jakarta untuk menyampaikan informasi ini. Kabar ini segera di ketahui oleh berbagai kalangan termasuk golongan muda.