Dimanakah cinta yang muncul pertama kali ketika serangan pertama digencarkan. Mengecam, mengutuk, menyesalkan, bahkan akan memberikan hukuman atas tindakan yang tak humanis itu. Dimanakah lembaga perdamaian itu yang katanya akan mengambil langkah?
Dimanakah pakta pertahanan itu yang akan sedikit meredam atau membantu?
hukuman yang akan diberikan masih sebatas lisan.
Bisa jadi senjata nuklir menjadi alasan ketakutan itu, siapa yang hendak meredam jika penyebab kepunahan massal itu sampai meledak atau mungkin sumberdaya alam yang melimpah menjadi alibi terkecil lagi.
Terlalu jauh mungkin mengarah ke situ. tetapi sudah cukup tangisan seorang ibu, anak kecil, orang tua, untuk menghentakkan relung kalbu kita, sampai hati kah sekedar menyaksikan lewat kepala mata yang terbuka.
Rusia apakah tak memiliki Cinta? Pastilah dasar dari apa yang telah dilaksanakan itu adalah cinta, terhadap dua wilayah yang pro Moskow yang secara terang-terangan di akui kemerdekaannya untuk meminta perlindungan.
Ukraina pun dengan tertatih menunjukkan bukti cintanya yang begitu luas terhadap bangsanya dari serangan berbagai penjuru. Volodymyr Zelensky dengan keteguhan yang luar biasa membutuhkan amunisi bukan tempat bernaung, sekalipun sedikit kecewa akan kebisuan tiba-tiba dari beberapa negara yang katanya akan membantu.
Hanya cinta yang didengungkan secara kolektif oleh semua negara, bisa sedikit memberikan tekanan terhadap ketegangan yang telah terjadi. Cinta kedamaian, hentikan peperangan, hidup dalam kenyamanan adalah kebahagiaan manusia seluruh dunia. Sehingga dari itu bukan tidak mungkin bisa terjadi Negosiasi melalui jalur diplomasi.
Indahnya bercinta tanpa ada peperangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H