Mohon tunggu...
Penaku
Penaku Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak-anak Pelosok Negeri

Menulis adalah Bekerja untuk keabadian. Awas namamu akan abadi dalam tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Layangan Sabit

29 Januari 2022   18:27 Diperbarui: 29 Januari 2022   18:33 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ranting tak berdaun menengadah
bangku sederhana mengikat putih bulan
Beberapa kolega hanya berbisik menghadap cakrawala di antara bintang-bintang

Fantasi malam mengikat bulan
banyak yang menggantung di kepala
Kerlap kerlip mengerubungi ruang logika
hanya benang putih bersinar yang betul-betul menusuk bulan sabit

Bayangan hitam terasa nyata
mendekati, menaungi, tapi sungguh raib
hanya bayangan ranting tak berdaun
yang sementara menunggu cekungan bulan untuk pergi

Layangan sabit sebagai bulan utuh yang lagi pilu
sangking sedihnya hanya sebagian yang mengemuka ke angkasa tapi tetap menerangi dan indah dipandangi

Begitupun pikiran yang sedang rapuh
hanya sebagian kecil saja yang bisa dicurahkan, tapi selalu menyimpan siratan pikiran yang sayang untuk dilewatkan

Musafar Ukba, 29 Januari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun