Malam yang lengang bersikukuh dengan waktu
Waktu terus melaju tak tahu hentiÂ
Bulan menggantung di atap langit bersama lentera cahaya darinya menyinari gulita
Bohlam tak tahu terangÂ
kuning saja seakan tak berdayaÂ
redup dalam kejapan mata yang remangÂ
Sementara tubuh menyandarkan diri pada asa yang kokoh sembari menikmati rembulan dibawah bohlam yang tak bersahaja
Jauh mata memandang masa depanÂ
seperti jarak dari bumi ke bulan
namun itu nampak dekat jika dengan seksama dan cermat, bahkan bukan mustahil akan menggapai bulan dengan segala pengorbanan
dedaunan sedikit tersingkap
bukan lagi hijau daunnya yang nampak
tapi dibawa bias cahaya rembulanÂ
kontur bermunculan indah dibawah pancaran bulan dimalam yang rindang
Dia akan terus menggantungÂ
sampai raja siang muncul lagi menyinari semua kelam
Sementara bohlam persis seperti bulan yang menggantung terus setia menyinari sampai waktunya selesai dan tak dibutuhkan lagiÂ
Musafar Ukba, 22 NovemberÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H