Cengeng! terlalu tinggi pohon impianmu Hinga baru sampai diranting pertama, dahannya patah hingga jatuh ke tanah, engkau menangis bercucuran air mata
Lemah! Hati kebawa arus hayalan, kaki malas melangkah hingga tubuh cebur mengikuti entah kemana arus itu berhenti, tak satupun engkau berusaha berenang ke tepian atau bahkan berpegangan pada gumpalan batu yang kokoh menancap meskipun dihantam arus yang amat deras
Garis perjalanan masih jauh diambang batas, baru langkah awal sudah ada dinding batu , engkau menganggap seolah itu Beton tinggi yang tak bisa engkau daki, padahal engkau bisa ambil langkah mundur lari dan lompati dinding itu hingga meraih puncak
Ada lagi gunung tinggi Engkau mendaki dengan tertatih-tatih untuk mencapai puncak tertinggi, tatkala kaki tergelincir mundur beberapa senti kebawah, perih sekali hingga meringis dan membiarkan tubuh menggelinding kebawah
Betapa impian itu seolah mustahil untuk diraih lantaran masalah silih berganti menyapa mengatakan "sekuat apapun engkau berusaha sekuat itu pula aku berada di depanmu maka lalui aku kalau bisa"
Ingat! katakan kepada masalah itu "Â Aku tidak akan menyerah,,Â
Wahai masalah,, silahkan hadang aku semampu engkau bisa namun aku yakin engkau tidak lebih dari setumpuk dedaunan yang mudah disapu bersih, engkau hanya titipan Tuhan untuk menjadi penguji dari ketabahan hatiÂ
Aku punya senjata ampuh
Aku punya peluru usaha, tawakkal, hingga do'a. Dari itu aku punya pengharapan kepada-Nya berdasarkan keyakinan yang pasti bahwa aku diuji dengan hadirmu karena aku mampu mengatasinya.
Hingga dengannya dinaikkanlah derajatku ditempat impian dan berguguranlah kealpaanku selama ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H