Mohon tunggu...
Penaku
Penaku Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak-anak Pelosok Negeri

Menulis adalah Bekerja untuk keabadian. Awas namamu akan abadi dalam tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Teriakan Lapar

13 Agustus 2021   20:05 Diperbarui: 13 Agustus 2021   20:10 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terdengar suara keroncongan
Para cacing hidup bersorak besar-besaran
Menuntut hak dengan makanan
Kiranya sang empu ada kepekaan 

Asupaaaan asupaaannn,,,,,,, 

Meronta dalam kekosongan
Jika kami tak diberikan asupan
Jangan salahkan kami menyabotase asetmu habis-habisan!
Ucapnya kebablasan 

Pedihnya menahan lapar
Entah kemana lagi kaki harus melangkah
Lemah kulai tiada berdaya
Tiga genggam batu diikat terpaksa
Pengganjal lapar sementara 

Cacing semakin meronta kesetanan
Seharian tak tersentuh asupan
Dengan tidak tega namun terpaksa
Dibuatnya perih sekujur tubuh merasakannya
Tangan tak kuasa meraba diafragma
Rahang pun turun terbuka 

Beberapa waktu kemudian
Terdengar Sirine ambulan

Musafar Ukba

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun