Mohon tunggu...
musa abdurrahman hilal
musa abdurrahman hilal Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (23107030104)

Hidup itu ketika kalian bernapas

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Banyak Orang Pintar tetapi Tidak Sukses? Apakah Pintar Menjadi Jaminan untuk Sukses?

9 Maret 2024   09:42 Diperbarui: 9 Maret 2024   09:42 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa Banyak Orang Pintar Tetapi Tidak Sukses? Apakah Pintar Menjadi Jaminan untuk Sukses?

 

              Pintar tidak menjadi jaminan kesuksesan, sering sekali kalimat itu kita dengar, tapi mengapa? Kenapa pintar bukan jaminan kesuksesan?

Bukankah kepintaran seseorang akan mudahkannya untuk mencari pekerjaan atau bahkan membuka lapangan pekerjaan. Jika kepintaran bukan sebagai jaminan, lalu apa yang menjamin kesuksesan?

Sumber: idxchannel.com
Sumber: idxchannel.com

              Dulu ketika di pesantren saya diajarkan untuk menjadi benar dulu baru menjadi pintar, itulah mengapa kebanyakan pesantren tidak langsung memberikan materi-materi keilmuan kepada santri barunya, tetapi memberikan materi yang sifatnya tentang perilaku sehari-hari, akhlaqul karimah yang membentuk karakter dasar.

              Seseorang yang diajarkan untuk menjadi benar meskipun tidak pintar dia akan tetap menjadi orang benar. Kita lihat saja fenomena yang ada saat ini, banyak orang pintar tetapi tidak benar seperti anggota dewan yang korupsi sehingga merugikan banyak pihak.

              Ketika sudah benar barulah belajar ilmu-ilmu pengetahuan sehingga ilmu tersebut bisa manfaat dan mengantarkan pada kesuksesan, karena keberkahan ilmu akan mempengaruhi kesuksesan, lebih baik sedikit ilmu tapi manfaat ketimbang banyak ilmu tapi tidak manfaat.

              Benar disini adalah memiliki adab yang baik dalam segala hal, dalam kesehariannya juga mampu bertindak sesuai norma dan hukum yang ada.

              Dalam kitab "Adabul alim wal muta'alim" karangan Hadrotussyaikh Muhammad Hasyim Asy'ary   tepatnya pada bab 2 menjelaskan tentang adab seorang murid terhadap dirinya sendiri saat menuntut ilmu. Didalamnya terdapat 10 adab yang harus dimiliki seorang murid.

              Yang pertama, seorang murid harus bisa mensucikan hatinya dari keinginan-keinginan buruk, karena ketika hati ini bersih akan memudahkan dalam hafalan dan memahami materi.

              Yang kedua, membenarkan niat saat belajar, niatkan untuk mencari ilmu atas ridho Allah dan untuk menghidupi syari'at, menerangi hati. Jangan sampai diniatkan untuk kepentingan dunia seperti kekuasaan, pangkat, ataupun diagung-agungkan oleh orang lain.

              Yang ketiga, bersegera dalam menuntut ilmu, jangan terhasut akan angan-angan dan  menunda-nunda,  tinggalkanlah kesibukan-kesibukan yang tidak bermanfaat.  Menuntut ilmu disaat muda akan lebih mudah ketimbang disaat tua.

              Yang keempat, menerima apa adanya baik makanan dan pakaian seadanya, istilah pesantrennya "tirakat" hidup seadanya tanpa mengeluh, sehingga dalam menuntut ilmu bisa fokus dan terpisah dari angan-angan duniawi.

              Yang kelima, mampu membagi waktu dari pagi hingga malam hari secara produktif. Di dalam kitab juga dijelaskan waktu-waktu yang sesuai saat belajar. Waktu subuh untuk hafalan, pagi harinya untuk membahas materi, siangnya menulis materi yang dibahas, malam harinya digunakan untuk muthola'ah (review Kembali materi yang sudah dipelajari).

              Tempat yang baik untuk menghafal dan muthola'ah adalah ditempat yang sunyi jauh dari kegiatan-kegiatan lain yang mengganggu.

              Yang keenam, Menyedikitkan makan dan minum, karena terlalu kenyang akan mengurangi kefokusan dalam belajar, seperti rasa kantuk. Sesuatu yang berlebihan juga tidak baik, ketika terlalu banyak makan bisa berakibat  penyakit dalam tubuh.

              Yang ketujuh, Seorang murid harus bisa bersikap wara' (menjauhi hal-hal yang tidak jelas) seperti tidak menggunakan barang yang belum jelas pemiliknya, biasanya hal ini sering terjadi di pesantren.

              Yang kedelapan, seorang santri seharusnya menyedikitkan makan makanan yang mempengaruhi kecerdasannya seperti kacang-kacangan dan makanan berminyak.

              Dalam tradisi pesantren memang ada beberapa pantangan untuk santri ketika dalam proses belajar yang tidak bisa dijelaskan secara rasional seperti menghindari untuk membaca batu nisan, makan bekas gigitan tikus, berjalan diantara dua unta, dan membuang kutu rambut hidup-hidup.

              Yang kesembilan, menyedikitkan tidur baik siang maupun malam, selama-lamanya tidak lebih dari delapan jam, karena terlalu lama tidur akan berpengaruh buruk pada fisik maupun hatinya.

              Yang kesepuluh, seorang murid hendaknya menghindari pergaulan-pergaulan yang tidak baik, karena lingkungan pergaulan akan berpengaruh terhadap seseorang, pergaulan yang baik adalah ketika berkumpul tidak menyia-nyiakan waktu dan memiliki manfaat.

              Bagi saya pintar bukanlah jaminan kesuksesan, tapi bagaimana proses dalam menjalani kehidupan inilah yang menentukan kesuksesan tersebut. Apa yang ditanam itulah yang akan dituai.

kami dari golongan santri mempercayai adanya keberkahan, ketika proses belajar dilakukan dengan baik dan benar serta memperhatikan tirakat, insyaallah akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat sekaligus berkah dalam kehidupan dimasa depan.

             

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun