Mohon tunggu...
mustafa sabaroedin
mustafa sabaroedin Mohon Tunggu... -

Lahir di Bukittinggi dan dibesarkan di Bandung. Sekarang menetap di Melbourne, Australia dengan profesi insinyur konsultan dalam bidang Tram, KRL dan Transmisi listrik. Beristri dengan dua anak yg sudah dewasa. Hobi main gitar, nyanyi karaoke, nonton sepak-bola dan nonton konsert.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Senjata Makan Tuan

10 Desember 2010   01:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:52 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku ingin berbagi sebuah pengalaman lucu yg terjadi ketika aku masih duduk di SD di Bandung ditahun 50-an. Saat itu belum ada TV dan komputer, jadi hiburan elektronik yg ada adalah radio. Sekolah SD-ku itu letaknya persis dibelakang rumah dan kamar tidurku persis berbelakangan dengan rumah penjaga sekolah tsb, Pak Endang namanya. Kesenangan Pak Endang adalah mendengar siaran wayang semalaman setiap ahir pekan. Karena radionya bersebelahan dengan kamar tidurku, siaran wayang itu terdengar dengan jelas dan mengganggu tidurku. Aku sampai bermimpi jadi wayang akibatnya hehehe....Ini berlangsung ber-minggu2 dan ahirnya aku laporkan ke Ayah.  Ayah yg kawatir dengan kesehatanku berpikir bagaimana caranya menghentikan gangguan itu. Karena Ayah adalah seorang teknisi elektronik yg kerja sambilannya adalah memperbaiki radio, beliau mendapat satu akal. Dibuatnya sebuah pemancar yg bisa mengganggu penerimaan siaran radio Pak Endang. Hari Sabtu berikutnya terasa lama sekali datangnya olehku ditunggu utk ' menghajar ' Pak Endang. Ahirnya saat yg ditunggu tiba. Ketika siaran wayang dimulai, ayah menyalakan alat tsb dan menyetel beberapa knob sampai siaran wayang tersebut mendapat gangguan yg cukup menyebalkan bagi Pak Endang tentunya. Pak Endang berusaha menghilangkan gangguan dengan menyetel radionya tanpa sukses tentunya selama pemancar Ayah masih menyala. Ahirnya ia mematikan radionya diikuti dengan  kata2 makian. Ini semua kami dengar dari sebelah yg membuat kami sakit perut menahan ketawa, takut terdengar olehnya. Ahirnya kami tidur dengan meninggalkan ' penyelamat'  tadi menyala sepanjang malam. Esok paginya aku bangun dengan ceria karena nyenyaknya tidur tadi malam tanpa  mimpian2 wayang. Tiba2 terdengar pintu depan diketuk orang dan saya pergi membukanya. Ketika pintu dibuka terlihat Pak Endang berdiri didepan saya dengan radionya. Ia berkata " Selamat Pagi Mus, saya mau minta tolong Bapak ( Ayahku ) utk memperbaiki radio ini. Kalau Bapak tidak sanggup memperbaikinya sebelum Sabtu depan, akan saya bawa ketempat lain. Nanti siang saya akan kembali lagi utk bicara dengan Bapak ". Setelah meletakkan radionya diatas meja depan, Pak Endang terus pulang. Setelah Ayah bangun kusampaikan pesan Pak Endang kepada beliau dan beliau berkata " Nanti ketika Pak Endang kembali, bilangkan kepadanya radionya sudah baik. Potentiometer-nya berdebu dan sudah dibersihkan. Biayanya gratis karena tetangga ". Dengan nada protes aku berkata kpd Ayah " Bagaimana hari Saptu depan malam, aku tidak bisa tidur lagi ". Ayah dengan tersenyum menjawab " Ini semua gara2 kamu, Ayah hampir dipermalukan. Sabtu depan kamu  boleh tidur dengan adik2kamu dikamar depan ". Ber-sungut2 aku berkata dalam hati " Sialan, itu sih sama saja bohong '.

Semoga menghibur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun