Episode 2...
Hari masih sore, tapi langit tak mau tahu, ia tetap menggelap sebab sang sahabat, mentari telah kembali ke tempat peraduannya. Kini berganti bulan dan bintang yang bergelayut ria di tempatnya jauh nun tinggi di atas. Jalanan kembali melenggang. Asak-anak yang tadinya ramai memenuhinya dengan permainan kelereng dan beteng pun telah menghilang. Sholah sedari tadi duduk di atas kursi di emperan rumah tak memperdulikan ribuan nging-ngingan nyamuk yang berputar di atas kepalanya. Hingga banyak dari mereka yang nyemilin tubuh cekingnya.Â
Dari kantung hitam yang setia bertengger di bawah matanya menandakan ia terjaga semalaman. Ia terlihat banyak fikiran. Sedari tadi tak ada aktivitas yang ia lakukan kecuali hanya mengerdipkan kedua mata yang tak kelilipan itu sambil sesekali menarik nafas panjang yang ia tarik lewat lobang mulutnya. Akhirnya ia merasa terusik dengan pergerakan nyamuk yang pada kekenyangan. Dari tadi kemana aja loe Shol. Nyamuk udah pa da kekenyangan loe baru kerasa. Sedekah gumamnya. Ia pun masuk ke ruang tamu dan duduk di atas kursi tua. Tepat di depannya juga terdapat meja tua seperti biasanya.
'Ada kopi' Pikirnya, yang langsung ia comot dan srupuut.
"Week.. cih.. cih...". "Apaan nih? Aneh rasanya...". Hardiknya sembari memuntahkan kopi. Sholeh yang tak ahu apa-apa dengan nmenenteng sebuah buku langsung ambil posisi duduk di sebelah Sholah.
"Week.. cih.. apaan nih... aneh banget rasanya.." Rutuk Sholah pada Sholeh yang lagi asyik membaca bukunya.
"Bang..". "Apa sih dek..." Sholeh balik bertanya pada adeknya yang tak sabaran itu.
"Ini kopi apaan bang?". Tanyanya lagi sambil mengangkat cangkir kopi yang barusan diminumnya dan menunjukkannya pada abangnya.
"Bpphh.. ihihihi..". Yang ditanya malah cekikikan.
"Bang.. ditanyain malah ketawa. Ini kopi apaan?". Tanya Sholah lagi. Gregetan sama si abang. Ditanya malah cekikikan, ketawa gak jelas.
"Ahaha..ahaha...". ketawa si Sholeh tambah kenceng.