Mohon tunggu...
Muslimah Peradaban
Muslimah Peradaban Mohon Tunggu... Jurnalis - Analisis

Pengamat dan Penganalisis isu dari sudut pandang Islam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Generasi dalam Dekapan Liberalisme

10 Mei 2019   16:40 Diperbarui: 10 Mei 2019   16:50 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh : Diani Aqsyam
Begitu indah masa remaja. Masa-masa penuh tawa dan canda. Namun kini, tingkah laku remaja cenderung berubah. Seiring budaya zaman yang terus berputar arah, menggerogoti iman hingga parah, membuat para orangtua bersikap pasrah. Liberalisasi telah melanda remaja. 

Mulai dari narkoba hingga geng-geng nakal. Belum lagi pergaulan bebas kian mengganas. Permasalahan yang tidak bisa dipandang sebelah mata, karena memakluminya sama dengan mengundang bencana bagi generasi.

Seperti yang dilansir viva.co.id, belasan anak di bawah umur asal Kampung Cipeuteuy, Kelurahan Margawati, Kecamatan Garut Kota, mengalami ketagihan seks tak lazim. Mereka melakukan adegan syur layaknya penyuka sesama jenis setelah menonton video porno.

Jika ditelaah kembali, kondisi kerusakan generasi saat ini tidak lepas dari pengaruh faham liberalisme dari Barat, yang notabene tidak mengindahkan keyakinan agama. Generasi muda bebas berbuat apa saja yang mereka mau. 

Gelombang liberalisasi terus menghantam tanpa henti, menyuburkan kerusakan mental dan menghancurkan generasi secara massif. Pandangan-pandangan nyeleneh pun muncul dari faham ini, seperti "Pacaran Sehat", "Pekan Kondom Nasional","Setia pada Pasangan", dll.

Majunya era digital, kini justru menjadi bomerang. Pesatnya berbagai info tanpa batas ke dalam smartphone, justru seringkali menjadikan pemiliknya kehilangan kepintaran. Media digital bagaikan pisau bermata dua, ia bisa dipakai "browser", namun juga bisa jadi "monster". 

Nyatanya tidak sedikit yang terjebak dalam hal negatif yang rusak. Bangga melakukan kemaksiatan dengan mengambil gambar atau merekam dan kemudian mempublikasikannya di media sosial. Mem-bully, memperkosa, bunuh diri, melakukan tindakan asusila, mesum, dan lain sebagainya kini bertebaran di dunia maya.

Generasi dalam dekapan liberalisme, kehilangan potensi besarnya sebagai agent of change, yang seharusnya turut membangun peradaban dan menjadi problem solving bagi umat. Namun kini remaja lupa akan jati diri, Islamnya terlucuti, harga diri tergadai, karena terjebak liberalisasi.

Imam Ibnul Qayyim berkata: "Tidak diragukan lagi bahwa membiarkan kaum perempuan bercampur (bergaul) bebas dengan kaum laki-laki adalah biang segala bencana dan kerusakan, bahkan ini termasuk penyebab (utama) terjadinya berbagai melapetaka yang merata.

Sebagaimana ini juga termasuk penyebab (timbulnya) kerusakan dalam semua perkara yang umum maupun khusus. Pergaulan bebas merupakan sebab berkembangpesatnya perbuatan keji dan zina, yang ini termasuk sebab kebinasan massal (umat manusia) dan wabah penyakit-penyakit menular yang berkepanjangan.

Selain masuknya paham liberalisme, faktor lain yang menyebabkan generasi remaja hancur adalah sistem kapitalisme yang diterapkan di negeri ini. Kapitalisme memihak kepada kepentingan pemodal. Para pemodal baik dari kalangan pemilik stasiun televisi, pendiri jejaring media sosial, atau pengembang aplikasi-aplikasi dunia digital menawarkan sesuatu yang bisa dikonsumsi masyarakat tanpa memperhitungkan bahayanya bagi generasi.  Pornografi dan pornoaksi pun menjelma menjadi industri besar, dimana lagi-lagi pengaruh pemilik modal begitu kuat.

Dalam pandangan Islam, tidak ada kebebasan secara mutlak sebagaimana liberalisme. Seluruh tindak tanduk manusia diatur sedemikian rupa dan rinci. Bukan untuk mengekang, tapi untuk menyelamatkan manusia. Tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Islam berikan kebebasan, namun dengan batas, tidak bablas.

Untuk menyelesaikan persoalan ini Islam punya solusinya. Islam melindungi generasi dari kerusakan  media dan pergaulan bebas secara komprehensif. Remaja khususnya, harus ditempa dengan pendidikan yang berbasis ketaqwaan hingga akhirnya bisa terbentuk syakhsiyyah Islam. Keluarga dan sekolah pun wajib hadir dalam proses ini. 

Negara juga mempunyai peran penting dan strategis. Negara bisa memberikan sanksi yang tegas kepada para pelaku maksiat. Negara bisa menghentikan tayangan-tayangan tidak mendidik. Negara bisa mewajibkan provider internet memblokir konten porno, dll.

Mengenai teknologi maka sistem Islam membolehkan bagi warganya untuk belajar, mengembangkan serta memakainya. Hanya saja hal ini diatur oleh negara sehingga kondisi lapisan masyarakat yang mengakses teknologi tetap terjaga. Dalam sistem pemerintahan Islam, akan ada departemen khusus yang menangani media massa, yaitu Departemen Penerangan (jihaz al-i'lam). 

Tugasnya antara lain mengawasi segala bentuk media massa dalam negara Khilafah. Lembaga negara inilah nanti yang akan menjalankan fungsi pengawasan tersebut yang menjamin generasi Islami tetap aman dari segala pengaruh media massa yang negatif dan destruktif, seperti situs-situs porno, dan sebagainya. (Muqaddimah Ad Dustur, Juz II hlm. 291)

Jika semua pihak bisa berjalan sesuai dengan perannya tentu remaja akan bisa diselamatkan dari keterpurukan. Marilah kita menjadi orang yang peduli terhadap masa depan generasi, dengan menerapkan Islam dalam institusi negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun