Mohon tunggu...
Muslim Amiren
Muslim Amiren Mohon Tunggu... Dosen - Seorang futurist, easy going, dan berharap hidupnya bermanfaat banyak bagi diri, keluarga dan masyarakat sekitar

Dosen FMIPA, Jurusan Informatika. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. Usaha: NTA TOUR TRAVEL (tour operator dari Aceh untuk Dunia) Visi: Menjadi rahmatan lil Indonesiain. Misi: Menulis, merawat ingatan, melawan lupa. Hp/WA: 085277224606, email: ntatourtravel@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hebatnya Pemilu Online Rusia: 2014 Giliran Indonesia?

6 Maret 2012   07:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:26 1648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru kemaren kita membaca bahwa Rusia sedang mengadakan pemilu. Dan hari ini, kita telah tahu hasilnya. Vladimir Putin kembali dipilih untuk memimpin Negara Beruang Putih tersebut. Berita lengkapnya bisa dibaca dari laporan kompasianer dari Rusia. Bandingkan dengan pemilu Negara kita, yang sebulan setelah pemilu baru diketahui hasilnya. Kecuali hasil yang didapatkan melalui Quick Count lembaga survey independen. Tapi hasil pemilu Rusia bukanlah Quick Count, namun merupakan hasil akhir! Dimana, Vladimir Putin menang lebih dari 63%. Inilah hasil kehebatan teknologi e-voting (pemilu online) Rusia. Tidak butuh 24 jam pun untuk mengetahui pemenang pemilu!

Keberhasilan penerapan pemilu online menjadi kemenangan tersendiri bagi Rusia  dibanding Amerika. Saat ini, Negara Paman Sam hanya berani menjadikan pemilu online sebagai suplemen, yang ditujukan hanya bagi mereka yang tidak sedang berada di dalam Negara saat pemilu berlangsung, misalnya para tentara yang sedang berada di Irak dan Afghanistan, atau para astronot yang sedang di luar angkasa. Memang ada gagasan di sebagian kecil Negara bagian seperti Florida untuk menyelenggarakan pemilu Online. Tetapi tetap, kekhawatiran masih lebih besar dari keberanian mereka.

Malah, Rusia menggunakan alat bantu elektronik tidak hanya untuk casting dan penghitungan suara di TPS, tetapi juga pada tahap lain dari kampanye pemilu, yang diselenggarakan oleh komisi yang lebih tinggi. Sistem Negara Otomatis 'Vybory' (pemilu) telah beroperasi dengan sukses lebih dari satu dekade. Sistem ini menyediakan otomatisasi dari 34 tahapan kampanye pemilu, dimana 91% digunakan pada tahap persiapan (perencanaan, pendaftaran elektronik pemilih, pendaftaran calon dan daftar partai politik, pencatatan dan pemantauan dana pemilu). Bayangkan dengan Negara kita yang masih serba manual. Acungan jempol patut diberikan kepada Kabupaten Jembrana, Bali yang telah mempelopori pemilu online dengan pemilihan 52 kepala dusun.

Negara lain yang telah berhasil menyelenggarakan pemilu online (e-voting) ialah Brazil. Negara Samba ini bahkan telah berhasil menyelenggarkan pemilu Online secara full, paperless. Yang paling mutakhir ialah pemilu Online di Estonia, dimana pemilih sudah bisa menggunakan perangkat mobile seperti HP, BB dan Iphone mereka untuk memilih. Asia tidak kalah berani, India sebagai Negara demokrasi terbesar kedua setelah Amerika telah menggunakan e-voting sejak Pemilu 1999. Bahkan dua tahun lalu, Bangladesh dengan perangkat alakadarnya telah melaksanakan pemilu online dengan sukses. Kita kapan?

Kenapa banyak Negara beralih ke pemilu online? Karena dengan menggunakan teknologi ini tidak hanya waktu yang bisa dipercepat, tetapi biayanya juga. Berdasarkan riset, pemilu online bisa menghemat 4-20 kali dana dibandingkan dari pemilu manual. Penulis berfikir, mungkin hal terakhir inilah yang menjadi hambatan bagi kita. Bila pemilu online dilakukan, banyak pihak akan dirugikan. Dimana tidak dibutuhkan banyak penyelenggara/pengawas pemilu dan waktu bertugas merekapun menjadi sangat singkat. Pihak yang akan dirugikan berikutnya adalah pengusaha percetakan (surat suara), pengusaha furniture (kota suara), pengusaha tinta dan pengusaha transportasi (untuk mengantar logistic pemilu) serta mereka yang selama ini menjadi broker dari logistik pemilu. Betulkah demikian?  ;)

Secara teknologi, BPPT telah cukup siap untuk menyelenggarakan pemilu online, seperti yang telah ditunjukkan waktu pemilihan ketua alumni ITB tahun lalu.  Hanya saja, perlu persiapan yang lebih dari cukup untuk kesiapan infrastruktur, SDM penyelenggara/pengawas,  penguatan dasar hukum dan pendidikan pemilih.Nah, mampukah kita menyelenggarakan pemilu online 2014 nanti? Mario Teguh bilang, kesuksesan kita hanya dibatasi oleh seberapa besar keberanian yang kita miliki. Bagaimana? Beranikah kita?

*) Penulis adalah peneliti e-voting untuk Pemilu Online (khususnya Keamanan Data). Pengajar Informatika, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Ka. Prodi Sistem Informasi, STMIK Ubudiyah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun