Sepanjang perjalanan ketika memasuki desa ini, tidak jauh berbeda dengan alam pegunungan di Jawa, yaitu jalan yang berkelok-kelok. Kondisi geografis seperti itu yang menyebabkan bis tidak bisa masuk ke desa. Kita hanya bisa jalan kaki, naik mobil atau pun jalan kaki.Â
Desa ini, berbeda dengan desa di Bali secara umum karena mayoritas penduduknya yang beragama Islam, sekitar 6 100 penduduk. yang lainnya beragama Hindu sebanyak 563 penduduk dan Kristen 3 penduduk. Faktor agama ini yang menyebabkan, di sekeliling desa, tidak akan kita jumpai Pura, sebagaimana  rumah-rumah penduduk Bali secara umum. Yang ada masjid, mushola, panti asuhan dan pondok pesantren (mirip beberapa desa/kampung jawa).Â
Satu hal yang menjadikan desa ini banyak dikenal adalah konsep toleransi yang sangat mengakar dalam masyarakat. Mengingat di sekitarnya mayoritas warga masyarakat Hindu, sebagai muslim mereka menerapkan toleransi dalam kehidupan beragama. Berbagai macam bentuk toleransinya dengan mengucapkan ketika umat Hindu merayakan hari besar keagamaan, menghormati kebudayaan yang umat Hindu miliki, serta tetap bekerjasama dalam membangun NKRI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H