Siapa memahami,
Tatkala hati menjerit
Mulut menganga
Air mata deras mengalir
Tak Kuasa
Sekarat pun siap menjemput malam
Semua mengira,
Kita ada
Kita berada
Kita bisa
Kita kuasa
Kita adalah dewa
Tak ada yang seksama,
Manusia....
Panas bagai matahari
Menjadi rembulan
Katak dalam tempurung
udang dibalik sarung
Tapi,
Kegelapan menyapanya
Dengan caranya
Dengan hatinya
Sekaligus tuaknya..
yang memabukanku..
(Jatinegara,Mei 2014)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!