Mohon tunggu...
fxfelly murwito
fxfelly murwito Mohon Tunggu... -

bapak satu istri dan satu putri.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Asal Usut Kebaya

18 Oktober 2017   20:45 Diperbarui: 18 Oktober 2017   20:51 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dua argumen dari dua buku yang berbeda ini mungkin cukup logis jika digunakan untuk mengatakan bahwa Kebaya banyak dipengaruhi oleh busana Eropa. Akan tetapi busana Eropa yang mana? Pertanyaan ini ada yang menjawab bahwa kebaya itu terinspirasi dari jas. 

Bagaimana mungkin? Konon, pria Eropa sangat gentleman. Sehingga pada suatu ketika, saat melihat putri Jawa dengan kain panjang dan bahunya terlihat, Si gentlemanini memberikan jasnya untuk menutupi bahu sang putri. Kemungkinan ini berkembang menjadi, bahan apa yang mirip dengan jas namun yang cocok untuk perempuan? Jadilah kebaya yang terbuat dari bahan beludru. Pada waktu itu beludru adalah kain yang termasuk mahal. Nah, apakah kemungkinan ini bisa dipertanggung jawabkan? Tentu saja tidak. Karena masih ada kemungkinan yang ketiga.

Siapa yang mempengaruhi kebaya selain, Arab, India, dan Eropa? Tentu saja Cina. Bahkan dalam banyak hal, catatan tentang Jawa, banyak ditemukan dalam naskah yang dibuat oleh orang Cina. Sebut saja catatan tertua tentang Sriwijaya yang dibuat oleh I-Tsing (Yi Jing, I Ching), seorang biksu yang mengembara dari Cina untuk mempelajari agama Buddha.

 Asumsi pertama pengaruh Cina pada kebaya dimulai saat imigran Cina pada abad ke-15 memperkenalkan baju longgar berlengan panjang buka depan yang dikatupkan pada tepi-tepinya mirip dengan baju Cina beizi. Baju ini digunakan perempuan dari kalangan sosial bawah pada masa Dinasti Ming (abad ke-14 hingga ke-17). Tetapi ada pula asumsi yang menyebutkan bahwa Kebaya merupakan warisan dari Tiongkok ketika terjadi migrasi besar-besaran warga Cina ke kawasan Asia Selatan dan Tenggara pada abad ke 13. Asumsi terakhir sangat lemah, karena pada abad ke-13 busana kain panjang masih mendominasi Indonesia.

Serpihan puzzle kebaya mungkin berserakan, namun bukan tidak mungkin serpihan yang terserak pada masa lalu itu tersusun menjadi sebuah gambar kebaya yang utuh. Asal-usut kebaya bisa jadi masih kusut, yang pasti beberapa kemungkinan yang tersaji dan tercatat menunjukkan betapa kebaya adalah sebuah percampuran beberapa bangsa dan keyakinan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun