Proses pembelajaran merupakan suatu pengalaman belajar yang sangat penting bagi peserta didik diberbagai jenjang usia. Pembelajaran dapat diperoleh dari mana saja baik sekolah, keluarga, lingkungan dan sebagainya. Pembelajaran akan sangat bermakna bagi peserta didik apabila sumber belajar yang dipelajari berangkat dari sekitar mereka sehingga kedekatan dengan realita dan dinamika sosial akan membantu peserta didik lebih menanamkan konsep dalam pembelajaran. Pembelajaran bermakna yang sering disebut kontekstual learning memenuhi teori konstruktivisme dimana peserta didik mengkonstruk atau membangun pegetahuannya dari proses pembelajaran yang didapatnya.
Model pembelajaran yang mewadahi kontekstual learning ini antara lain Problem Based Learning dan Project Based Learning. Kedua model ini berangkat dari permasalahan yang berada disekitar peserta didik dalam kehidupan sehari-hari untuk dicari pemecahannya. Kedua model tersebut memenuhi prinsip pembelajaran aktif yang berpusat pada peserta didik dalam rangka menemukan pengetahuan dan pemahamannya. Pelajaran IPA merupakan ruhnya pembelajaran yang diselenggarakan oleh mata pelajaran lainnya. Diawali dari inkuiri, discovery dan melebur menjadi saintifik (5M) yang menjadi inti dari kurikulum 2013. Dengan aspek penilaian tetap memenuhi aspek sikap spiiritual dan sosial, aspek pengetahuan dan aspek keterampilan.
Penulis memilih model pembelajaran Project Based Learning yang berorientasi HOTS merupakan salah satu model pembelajaran inovatif. Model pembelajaran ini dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik dimana peserta didik terlibat untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah. Kegiatan saintifik ini mempunyai tujuan pokok melatihkan keterampilan sains pada peserta didik. Saintifik yang terintegrasi pada model pembelajaran Project Based Learning begitu kental terasa dalam pembelajaran. Studi kasus materi sistem pencernaan pada manusia dengan subtopik materi uji kandungan vitamin C pada berbagai bahan makanan atau minuman kelas VIII mampu menunjukan kegiatan yang berpusat pada peserta didik. Diawali dari pengamatan video (mengamati), menyampaikan rasa ingin tahunya (bertanya), melakukan eksperimen (mencoba), mengolah data eksperimen (menganalisis), menjawab pertanyaan dan menarik kesimpulan (menggeneralisasi, HOTS) dan menyampaikan hasil dengan presentasi (mengkomunikasikan).
Kegiatan ini diawali dengan observasi peserta didk sehingga menjadi dasar pemilihan model pembelajaran. Selanjutnya penulis merancang pembelajaran dengan memepersiapkan RPP, bahan ajar, media ajar, LKPD, instrumen penilaian yang berbasis TPACK, alat dan bahan percobaan yang mengintegrasikan kegiatan literasi dan numerasi (HOTS), penguatan pendidikan karakter (PPK) dan kecakan abad 21 (4Cs). Pretest diselenggarakan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik sehingga arah pembelajaran akan semakin terkondisikan untuk penekanannya. Langkah selanjutnya, penulis mempersiapkan media pembelajaran. Postest diselenggarakan diakhir pembelajaran dengan tujuan mengetahu sejauh mana pengetahuan dan pemahaman yang didapat peserta didik selama pembelajaran dan untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran.
Model Project Based Learning harus menghasilkan suatu produk pemecahan masalah yang diangkat sebelumnya. Pada materi yang diangkat, penulis lebih cenderung memilih poster yang dibuat dengan aplikasi Canva sebagai hasil karya yang ditindaklanjuti penilaiannya dengan apresiasi hasil karya melalui post it star dari seluruh peserta didik dikelasnya. Dalam kegiatan pembelajaran keaktifan peserta didik meningkat sebesar 37,35% dari prosentase awal 37,13% menjadi 74,48% yang didapatkan dari hasil observasi. Keaktifan peserta didik dalam belajar juga berimplikasi pada rata-rata hasil belajar kognitif siswa yang meningkat dari 54,76 menjadi 83,47 dengan prosentas siswa mencapai KKM meningkat dari 57,14% menjadi 84,54% terlihat dari analisis quizizz dan google form yang disiapkan penulis sebelumnya. Sedangkan pada aspek sikap dapat disimpulkan BAIK.
Dalam pembelajaran model Project Based Learning ini tidak selamanya berjalan dengan lancar, karena masih didapati beberapa peserta didik masih malu dalam menyampaikan pendapat, belum terbiasa merumuskan masalah, belum terbiasa dengan model pembelajaran sehingga tidak langsung berjalan lancar, guru juga belum terbiasa karena sering menggunakan metode ceramah sebelumnya. Rekomendasi bagi rekan guru yang menghadapi permasalahan rendahnya keaktifan belajar IPA peserta didik dan ingin menerapkan model pembelajaran Project Based Learning dapat melakukan hal-hal berikut 1) guru harus mengidentifikasi karakteristik peserta didik terlebih dahulu, termasuk tes gaya belajar, 2) guru harus menganalisis materi yang kontekstual yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari untuk dimunculkan dalam orientasi masalah, 3) guru harus memahami dan menguasai penerapan sintaks model pembelajaran PjBL (Project Based Learning) bisa dengan mengikuti pelatihan datau workshop dan sharing rekan sejawat, 4) Guru harus membuat dan menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang memfasilitasi peserta didik agar aktif, 5) guru harus membuat dan menggunakan media power point yang interaktif dan menarik, 6) guru harus memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik.
Semoga dengan tulisan yang sedikit ini membawa manfaat yang banyak bagi rekan guru semuanya. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H