Sepasang sepatu sneakers telah saya cuci bersih, tandanya perjalanan baru akan dimulai. Sepatu warna biru bertali yang nyaman saya pakai melangkah mengeksplorasi kota demi kota. Buat saya, setiap perjalanan ke sebuah kota mempunyai nilai 'traveling' yang menarik. Saya menikmati suasana bangunan kota yang berbeda, logat masyarakat yang unik, kuliner lokal yang kaya rasa, moda transportasi umum, pasar dan komoditi daerah, bahkan aroma udara antar kota tidak selalu sama.Â
Kesemuanya itu, menyatu dalam satu pengalaman yang mengesankan apabila saya bisa mengambil sisi nikmatnya sebuah perjalanan. Lelah akan menjadi gairah. Jarak tempuh yang panjang tidak akan menjadi masalah. Justru semakin jauh kaki menjelajah, semakin banyak cerita yang saya dapatkan.
City Explorer
Traveling yang saya lakukan baru-baru ini adalah ke Kota Palembang. Di sana ada Kakak Sulung saya dan keluarganya. Palembang tidak memiliki pantai maupun gunung. Traveling ke Palembang artinya saya akan menjelajah kota.
Saya mengikuti aktifitas harian Kakak yang seorang Dosen di Universitas Sriwijaya. Kebetulan pada hari pertama saya di Palembang, Kakak ada jadwal menguji mahasiswanya. Buat saya, tidak masalah diajak ke kampus. Malah saya senang. Sembari menunggu Kakak ke kantor selama kurang lebih dua jam, saya manfaatkan untuk membaur dengan mahasiswa yang tengah menikmati tekwan dan es kacang merah di warung kaki lima di pinggir jalan.Â
Kenyang makan tekwan, saya jalan kaki keliling kampus, memotret gedung-gedungnya dari luar. Pastinya, suasana kampus Universitas Sriwijaya berbeda dari universitas lain yang pernah saya singgahi. Tatkala kaki mulai lelah, saya mencari masjid di dalam kampus. Selain untuk sholat, saya bisa numpang berselonjor kaki sambil mengoleskan Geliga Krim ke betis.
Sore harinya kami jalan-jalan ke kawasan Jembatan Ampera. Mobil Kakak di parkir kurang lebih 300 meter dari area Jembatan Ampera. Kami berjalan menyusuri Benteng Kuto Besak, Patung Ikan Belida (landmarkbaru Palembang) dan berakhir di area foto di tepian Sungai Musi. Semilir angin sore dari arah sungai menyapu hawa panas yang sejak siang menerpa. Terlihat orang-orang berfoto di kawasan ini sambil sesekali di sela oleh nyanyian pengamen.Â
Berhubung tahun 2018 ini akan ada Asian Games di Palembang, tampak kota ini semarak berhias diri dengan simbol dan poster Asian Games. Hari pertama itu diakhiri dengan makan malam di Riverside Restaurant, sebuah restoran di tepi Sungai Musi. Dari meja tempat kami makan terlihat pemandangan kerlip lampu Jembatan Ampera. Saya yakin akan lama untuk bisa melupakan rasa istimewa dari hidangan pindang patin, ikan bakar aneka sambal dan aneka tumisan, pada malam itu.
Hari kedua, kami membaur dalam kegiatan jalan pagi masal di kawasan Kambang Iwak, sebutan untuk sebuah danau kecil di pusat kota. Setiap minggu pagi, di kawasan ini diberlakukan Car Free Day sehingga masyarakat bisa berjalan menyusuri jalan di sekeliling Kambang Iwak. Tak hanya ramai pejalan kaki, di tepi jalan juga ramai dengan pedagan kaki lima. Berbagai barang dijual, mulai dari makanan (empek-empek, roti canai, tekwan, kemplang dll), hingga baju murah dan aksesoris. Kita biasa mengenalnya dengan istilah pasar kaget.
Satu putaran kami tempuh dengan jalan kaki dalam tempo 30 menit. Wah, sebenarnya sudah cukup ya untuk memenuhi kebutuhan minimal 30 menit bergerak dalam sehari. Berhubung semangat sekali menikmati suasana kota Palembang ini, kaki saya belum mengeluh capek. Namun karena perut sudah mulai keroncongan, saya dan Kakak mampir makan di salah satu pedagang roti canai.