Mohon tunggu...
Alaik Murtadlo
Alaik Murtadlo Mohon Tunggu... Administrasi - Bankir

Percaya Bahwa Semua Manusia Terlahir Sempurna

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Cerita Tentang Euforia Piala Dunia di Tanah Surga

14 Juli 2018   16:34 Diperbarui: 14 Juli 2018   16:37 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konvoi pendukung jerman di kota manokwari (Foto Pribadi)

Saya masih ingat hari itu adalah hari pertama perayaan Idul Fitri dan ini merupakan kali pertama saya menjalani lebaran bukan di kampung halaman. Terhitung hampir enam bulan saya tinggal di sini, mendengar suara deru mesin kuda besi adalah hal biasa karena tempat tinggal saya memang dekat dengan jalan raya. Sesekali jika ada rombongan motor yang menyalakan klakson berkali-kali sudah sangat saya fahami biasanya rombongan itu diikuti oleh mobil ambulan dan menandakan bahwa ada orang yang meninggal dan mau ditempatkan ke tempat peristirahatan terakhir.

Sedikit banyak saya mulai hafal kebiasaan orang sini, serta mulai mencintai kota ini. Meskipun ibukota provinsi tapi belum ada satupun mall di sini, jangankan mall swalayan pun bisa dihiting jari. Meskipun sedikit yang penting bisa untuk mewujudkan bisa untuk membeli sanack dan mewujudkan kata jangan nonton bola tanpa kacang garuda. Tapi untuk urusan sepakbola, pada tahun 80-an kota ini pernah menjadi runner-up liga perserikatan dan menghasilkan pemain sekaliber Adolof Kabo, Elly Rumaropen, Yonas Sawor, dan masih banyak lainnya. Saat ini pun tim futsal dari kota ini menjadi tim papan atas nasional.

Kota ini bernama Manokwari ibukota Provinsi Papua Barat, dijuluki sebagai kota injil bukan berarti kota ini tak cinta akan sepakbola. Perseman Manokwari pernah menjadi runner-up pada era Perserikatan pada tahun 1986, saat inipun tim Futsal Blacksteell dan Permata Indah Manokwari menjadi tim yang disegani di negeri ini. Menjulukinya dengan tanah surgapun rasanya bukan hal yang berlebihan, karena alam bawah laut di sini sangat indah. Meskipun Manokwari bukanlah Raja Ampat tapi setidaknya dua kota ini berada pada provinsi yang sama yaitu Bumi Kasuari Papua Barat.

Semenjak dimulai perhelatan Piala Dunia 2018 di Rusia ada hal baru yang dapat saya pelajari, yakni cinta kota ini tak pernah mati kepada bola. Beberapa kejadian yang saya alami akhir-akhir ini merupakan sebuah bukti besar cinta itu. Mulai dari bagaimana euphoria kota ini menyambut piala dunia dan cara yang kota ini lakukan sangatlah berbeda.

Setiap Sore dan Subuh Ramai Akan Konvoi

Konvoi pendukung jerman di kota manokwari (Foto Pribadi)
Konvoi pendukung jerman di kota manokwari (Foto Pribadi)
Saya masih sangat ingat, Jumat sore itu adalah hari pertama Idul Fitri, tiba-tiba saya terbangun ketika mendengar suara rong-rongan knalpot dari barisan motor-motor atau lebih mudah menyebutnya konvoi. Dalam hati saya membatin, ada acara apa lagi ini mungkinkah ini konvoi Idul Fitri? Tapi rasanya tidak mungkin. Dalam keadaan setengah sadar saya mendengar sayup-sayup suara tetangga bahwa itu adalah konvoi euforia piala dunia. Seketika itu pun saya teringat bahwa nanti malam adalah laga pertama perhelatan piala dunia yang mempertandingan tuan rumah Rusia melawan Saudi Arabia.

Rasanya belum puas apabila belum melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana konvoi itu, tapi belum sempat sampai di pinggir jalan raya konvoinya selalu sudah berakhir. Tapi hari itu berbeda, malam itu merupakan pertandingan perdana di masing masing grup dan yang bertanding pada malam dan dini harinya adalah Jerman dan juga Brazil. 

Saya dengar dari dalam kosan konvoi kali ini rasanya lebih banyak yang ikut, lalu saya putuskan untuk bergegas melangkah ke pinggir jalan raya. Amazing, banyak banget woyy yang konvoi rastusan orang naik motor dan juga mobil berkonvoi dengan menggunakan jersey dan bendera Brazil lantas di belakang barisan pendukung Brazil ada konvoi pendukung Jerman lengkap dengan jersey dan benderanya.

 Semenjak itu, sayapun mulai tidak asing lagi dengan suara knalpot konvoi yang hampir setiap sore dan dini hari selalu mengusik telinga, tapi disitulah saya menemukan arti dari kata euforia. Beberpa hal yang saya cermati dari konvoi ini, ada tiga tim yang mempunyai basis pendukung sangat banyak alias konvoinya lumayan panjang yaitu Brazil, Jerman, dan Argentina.

Euforia Piala Dunia itu Sampai Ke Pasar 

Salah Satu Penjual Buah di Pasar Sanggeng
Salah Satu Penjual Buah di Pasar Sanggeng
Kebetulan hari itu mau ada acara halal bi halal pegawai kantor, salah satu kegiatannya adalah bikin rujak buah. Saya dan teman saya bertugas untuk berbelanja buahnya. 

Akhirnya kamipun memutuskan berbelanja di Pasar Sanggeng lalu ke Pasar Wosi, ini merupakan kali pertama saya berbelanja di pasar tradisional selama berada di kota ini. Hal pertama yang saya ketahui adalah buah yang di jual tidak per kilo melainkan pertumpuk atau perbiji. Harganya mulai dari lima ribu dan kelipatannya, jadi akan sangat jarang sekali menemukan harga buah tujuh ribu atau dua belas ribu, karena bukan kelipatan lima ribu.  

Tiba-tiba ada satu hal yang menarik bagi telinga saya, ada perbincanan antar pedagang mengenai hasil akhir pertandingan di Piala Dunia. Secara reflek saya pun menoleh ke arah suara tersebut ternyata pedagang sayur dan penjual baju yang sedang bebincang bincang. 

Penjual baju tersebut mengenakan jersey Brazil dan berbicara kepada penjual sayur seraya berkata ‘sa su bilang ke kam, Brazil yang juara bukan Argentina’, saya masih ingat pada malam sebelumnya Argentina kalah dari Kroasia di penyisihan grup. Sayapun berfikir ternyata sepakbola di kota ini telah merasuki jiwa penduduknya tak peduli apapun profesinya.  .

Jangan Heran Jika Banyak berkibar Bendera Negara Peserta Piala Dunia

Beberapa Bendera Negara Peserta Piala Dunia Yang Berkibar di Maanokwari
Beberapa Bendera Negara Peserta Piala Dunia Yang Berkibar di Maanokwari
Penggunaan bendera kebangsaan asing di Indonesia memang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 1958. Pada pasal 1 disebutkan bahwa warga Negara asing dapat menggunakan bendera kebangsaannya pada saat hari berkabung bangsanya, kunjungan ke Indonesia dari Kepala Negara, Wakil Kepala Negara atau Menteri. 

Penggunaannya itupun sebatas pada rumah dan/atau kantor serta halamannya. Sementara untuk WNI dapat juga menggunakan bendera kebangsaan asing di rumahnya ketika ada kunjungan dari orang penting Negara lain, itupun atas anjuran atau izin kepala daerah.

Beberapa hari sebelum pagelaran piala dunia, saya melihat beberapa bendera Negara peserta piala dunia berkibar di depan dan di atas rumah bahkan beberapa diantaranya di jalanan kota Manokwari. Tentunya pada hari itu tidak ada kunjungan dari orang penting dari Negara lain, dan sebagian dari bendera itu masih tetap berkibar sampai saat ini. Entah hal ini bertentangan dengan PP no 41 tahun 1958 atau tidak. Mungkinkah ini yang dinamakan euforia itu?

Beberapa Hari Ini Mendadak Sepi

picsart-07-13-05-31-04-5b494253cf01b446d84513b2.png
picsart-07-13-05-31-04-5b494253cf01b446d84513b2.png
Babak penyisihan pun telah berakhir, menyisakan enam belas Negara terbaik yang masing-masing akan menjalani babak 16 besar. Kekalahan Jerman atas Korea Selatan yang selanjutnya menjadi batu sandungan untuk melangkah menuju babak selanjutnyapun layaknya menjadi kabar duka. 

Pendukung Jerman yang kala itu mendambakan kemenagan dan ingin berkonvoi ria harus memendam dalam-dalam keinginannya. Sedih memang, tapi itulah Piala Dunia ada yang kalah dan menang, ada yang lanjut dan ada yang pulang. Hasil ini pun mempengaruh turunnya keramaian dari pegiat konvoi di kota ini.

Setelah Jerman pulang ke kampung halaman, konvoi yang sering dilakukan di babak penyisihan mulai turun. Jika dihitung semenjak saat itu konvoi besar hanya dilakukan ketika Argentina dan Brazil akan bermain, sementara ketika tim besar lainnya seperti Inggris dan Prancis bermain hanya sedikit pasukan konvoinya. Bahkan tidak ada yang konvoi ketika tim yang akan bermain adalah Belgia, Kroasia, Uruguay, atau Rusia.

Dewi fortuna ternyata tak berpihak kepada Argentina, memiliki pemain-pemain bintang kelas atas seperti Lionel Messi, Aguero, Higuain, Dybala, dan Mascherano tim berjuluk Abiceleste ini harus puas duduk di posisi dua pada babak penyisishan piala dunia  Pada babak 16 besar Argentina harus menghadapi kesebelasan yang digadang-gadang menjadi Juara pada piala dunia kali ini yakni Perancis. 

Sore itu, sebelum pertandingan enam belas besar, terdengar suara knalpot dari konvoi motor dan terlihat sekilas mereka memakai jersey warna biru langit dan putih milik Argentina. Malam harinya, seorang remaja berusia 19 tahun asal Perancis berhasil mengobrak-abrik pertahanan Argentina dan sukses mencatatkan dua kali namanya di papan skor. Pertandinganpun dimenangkan oleh Prancis dengan skor 4 - 3. Hasil ini pula yang menyebabkan mimpi pendukung Argentina di kota ini memendam dalam-dalam keinginannya melakukan konvoi.

 Nasib Brazil memang lebih baik daripada Jerman dan Argentina dengan berhasil masuk ke babak perempat final. Namun tim samba harus rela jatah mereka di semifinal diambil timnas Belgia. Pupus sudah mimpi pendukung Brazil di kota ini untuk melihat tim kesayangannya mengangkat trofi Piala Dunia. Dan setelah hasil ini konvoi di kota ini menjadi semakin sepi. 

Nobar adalah hal yang wajib

Jangan Nonton Bola Tanpa Kacang Garuda
Jangan Nonton Bola Tanpa Kacang Garuda
Maklum di sini jika ingin melihat saluran televisi harus memiliki TV kabel atau parabola, tapi meskipun memiliki TV kabel ataupun parabola belum tentu bisa melihat pertandingan Piala Dunia, sedih bukan. Lantas bagaimana caranya untuk dapat menonton piala dunia? Biasanya beberapa orang memilih streaming melalui gawai, ada yang rela membayar lebih untuk langganan siaran piala dunia, tapi yang paling banyak adalah memilih untuk nonton bersama alias nobar. 

Layaknya nobar adalah suatu kewajiban dengan berbagai macam kemanfaatan, selain lebih seru tentunya juga ajang silaturrahmi anatar teman, keluarga, serta sesama pendukung Negara kontestan piala dunia. Tapi satu hal yang harus diingat bagaimanapun cara yang dilakukan untuk menonton pertandingan piala dunia selalu jaga persatuan dan persaudaraan dan selalu ingat kata jangan nonton bola tanpa kacang garuda.   

Tanpa terasa piala dunia telah sampai pada puncaknya, banyak cerita dan sejarah baru yang terukir dalam pagelaran kali ini. Inggris dan Belgia harus rela bertanding memperbutkan posisi ketiga. Sementara Kroasia berusaha mengukir sejarah untuk membawa trofi emas ke negaranya, tapi prancis selalu bertekad untuk menambah loo bintang di jersey mereka. Layak dan patut ditunggu siapa juaranya, kalau anda lebih menjagokan siapa yang menjadi Juara? Tulis jawabannya di kolom komentar. Sebagai penutup kita lihat keseruan konvoi di Manokwari berikut ini.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun