Novel yang jadi rujukan Prabowo itu ditulis oleh P.W Singer dan August Cole, memiliki tebal sebanyak 400 halaman. Buku itu diterbitkan pada 30 Juni 2015 oleh Houghton Mifflin Harcour di New York, Amerika Serikat.
Selayaknya sebuah novel, 'Ghost Fleet' menawarkan bahan bacaan renyah penuh imajinasi. Jika terbiasa membaca novel-novel penulis kenamaan dunia seperti Dan Brown maupun Sydney Sheldon, maka sepintas 'Ghost Fleet' menawarkan aroma serupa dengan latar yang agak berbeda.
'Ghost Fleet' mengawali cerita pada sebuah situasi 10.590 meter di bawah permukaan laut, Palung Mariana, Samudera Pasifik. Dikisahkan ada seorang geologis China bernama Zu Zhin yang tengah berada di sebuah kapal selam. Sebagai seorang geologis yang jauh dari keluarga, Zu Zhin digambarkan tengah merindukan istrinya.
Konflik kemudian mulai mengemuka saat pecahnya perang dunia ketiga antara Amerika Serikat melawan China dan Rusia. Dalam novel itu, China dengan segala teknologi canggih yang dimiliki mampu melumpuhkan sistem satelit dan Global Positioning System milik Amerika Serikat.
Tak hanya itu, China juga berhasil menguasai Hawaii dan mendirikan kawasan administratif di sana. Kala itu, hampir seluruh Armada Pasifik Amerika Serikat hancur di tangan China. Amerika Serikat yang hampir porak-poranda berusaha melakukan perlawanan. Di sinilah kemudian istilah 'Ghost Fleet' itu dimunculkan sebagai upaya perlawanan terakhir. 'Ghost Fleet' yang secara harfiah bermakna 'Armada Hantu' mengacu pada armada cadangan Angkatan Laut Amerika Serikat.
Tokoh fiktif bernama Komandan Jamie Simmons yang kemudian menjadi tokoh kunci dalam 'Armada Hantu' itu. Ia mengarungi lautan bersama kapal perang USS Coronado. Semaksimal mungkin ia berusaha untuk merebut kembali Hawaii dari cengkeraman China yang ia sebut sebagai penjajah.
Di tengah berkecamuknya perang tersebut, Indonesia rupanya dilibatkan dalam novel tersebut. Namun, saat itu Indonesia dikisahkan tak lagi menjadi sebuah negara yang berdiri dan memiliki kedaulatan. Yang ada hanya lokasi yang disebut sebagai bekas Negara Indonesia. Menariknya, baik China maupun Amerika Serikat berkepentingan pada lokasi tersebut.
Dari sisi Amerika Serikat, bekas wilayah Indonesia itu menjadi titik penting bagi perjalanan Kapal USS Coronado untuk melintasi Selat Malaka.
"Lebih dari separuh pelayaran dunia melewati jalur ini, yang mengakibatkan setiap titiknya berbahaya dan menjadi kekhawatiran global," kata Komandan Simmons sambil menunjuk peta wilayah Indonesia.
Lebih jauh lagi, sang penulis, PW Singer dan August Cole, mengelaborasi wilayah bekas Negara Indonesia tersebut sebagai negara yang hancur akibar Perang Timor kedua. Tak jelas apa maksud dari Perang Timor itu.
"Sekitar 600 mil jalur antara bekas Negara Indonesia dan Malaysia, kurang dari 2 mil lebarnya pada jarak tersempit, hampir memisahkan masyarakat otoriter Malaysia dari kekacauan, Indonesia lenyap setelah Perang Timor kedua," tulisnya.