Mohon tunggu...
Murodi Shamad
Murodi Shamad Mohon Tunggu... -

Seorang lulusan SMK yang memiliki hobi menulis, membaca dan melamun serta kerap ditemukan tengah berbincang dengan tembok dan kucing.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan dan Sebuah Ketuntasan Rindu

16 Desember 2015   08:40 Diperbarui: 16 Desember 2015   12:26 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Handphone bergetar. Satu pesan masuk. Dari sebuah nama yang sudah 3 tahun ku hindari. Ku pikir setelah 3 tahun lost contact nomorku takkan lagi disimpanya. Kupikir balasannnya akan sesederhana “ ini siapa” atau “ maaf ada perlu apa ?” nyatanya tidak. Dia masih sama, membalas deretan aksara yang kukirim pagi tadi dengan serupa yang sering kudapati ketike membuat janji 3 tahun lalu.

y .. tunggu, saya kesana

Kumasukan kembali handphone ke saku celana. Tak perlu aku membalasnya. Semua sudah jelas. Jam berapa, dimana,ada apa, bahkan kusebutkan juga durasi yang aku perlukan. Hanya 2 jam. Hanya 2 jam waktu yang ijinkan unuk diriku melukai dirinya sendiri sekali lagi. Demi sebuah ketuntasan. Demi sebuah penyelesaian. Demi sebuah rindu.

Setengah jam berlalu. Dan kini aku sudah sampai di Staisun Bekasi. Semua penumpang turun dengan tergesa disususl oleh sejumlah penumpang yang berebut masuk. Masih satu jam lagi dari janji yang aku buat. Semua terasa berat. Untuk itu aku memilih satu jam lebih cepat dari waktu yang sebenarnya. Rasanya aku ingin melahap ini perlahan. Keping-keping bahagia yang juga merupa sebuah kesakitan.

Lagu-lagu kenanganku masih mengalun. Memutar dan mengembalikan semua ingatan pada pertengahan 3 tahun lalu.

Stasiun kian jam kian ramai dengan penumpang. Seorang petugas kemanan stasiun tampak kualahan mengatur sejumlah rombongan ibu-ibu yang hendak naik kereta. Sepasang muda mudi tengah asik bergantengan. Si perempuan tampak dibuat kesal. Ia mencubit manja pasangannya yang disambut gelak tawa keduanya. Aku juga pernah merasakannya.

Tak terasa 30 menit sudah kuhabiskan. Masih tak ada pesan darinya. Dan akupun enggan memastikan apa-apa. Aku enggan berkomunikasi lebih jauh dari yang diperbolehkan oleh diriku sendiri. Setelah get out dan keluar stasiun segera kupanggil ojek. Aku langsung menyetujui harga yang ditawarkan si tukang ojek. Lebih mahal dari biasanya. Tapi sudahlah. Aku enggan berbicara dengan siap-siapa. Tidak tahukah hati ini nyaris loncat karena segumpal rindu selama 3 tahun akan dituangkan hari ini juga.

15 menit aku sampai pada sebuah pusat perbelanjaan yang belum lama diirikan ini. Sebuah mall besar yang juga memliki cabang di Serpong. Aku berhenti agak jauh dari pintu masuk. Sengaja, Rasanya aku ingin berjalan-jalan sebentar. Rasanya rasa gugup ini melebihi gugup yang kualami ketika akan presentasi dikantor tempatku berkerja.

Hawa dingin langsung menyapa saat pintu mall terbuka dengan sendirinya. Ada rasa nyaman yang dihadirkan. Langsung kualihkan langkah ini menuju tempat janjian kami. Sebuah resto dalam sebuah semcam food court di mall besar ini.

Jam janjian kami tinggal 15 menit lagi. Aku duduk dan memesan sebuah Green tea late. Kuedarkan pandaganku, tempat ini terbilang nyaman. Setiap resto berderet berjajar rapi dari ujung ke ujung. Bangku-bangku kayu menghampar didepanya. Di beberapa lokasi terlihat ada kolam ikan dengan makhluk cantik berwarna orange yang gemuali meliuk didalamnya. Ditengah terdapat bangku dari rajutan rotan dan sebuah meja dengan bahan serupa yang ditudungi payung besar berwarna merah guna menghalangi sinar matahari.

Siang sudah lewat diatas kepala. Beberapa muda mudi sudah terlihat menempati beberapa lokasi. Beberapa terlihat asik ngobrol, ada juga yang sedang diskusi dengan laptop yang terbuka didepanya. Aku mengela napas pesananku sudah datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun