Kendati kini Indonesia hanya berada di posisi keempat sebagai negara produsen kopi terbesar di dunia, mayoritas kopi yang merajai pasar-pasar Eropa, Amerika, Asia dan belahan dunia lain memiliki tali-temali dengan kopi Nusantara yang cukup lama "diabaikan" di negeri asalnya sendiri.Â
Untuk memahami ironi besar ini, kita perlu sejenak mengulik sejarah.
Berjaya di Negeri Lain
Dalam buku "The Road to Java Coffee" karya Parwoto Indarto (2013) disebutkan bahwa dunia telah mengakui keunggulan kopi Nusantara sejak tiga abad lampau.Â
Pemerintah kolonial Belanda pernah meneliti biji Kopi dari Cianjur dan menyimpulkan kopi tersebut memiliki kualitas terbaik dari semua jenis kopi yang ada di negara-negara jajahan mereka.Â
Setelah itu, tentara kolonial Belanda membawa bibit kopi dari Cianjur ke negara-negara jajahan mereka hingga tersebar sampai ke Amerika Selatan.
Dari negeri-negeri jajahan tersebut bibit kopi Nusantara kemudian tersebar ke Brasil, Kolombia dan juga ke Vietnam. Tiga abad kemudian, ketiga negara tersebut menduduki urutan pertama, kedua dan ketiga sebagai produsen kopi terbesar di dunia.Â
Indonesia yang merupakan negara asalnya harus puas berada di urutan keempat sebagaimana dirilis worldatlas.com dalam artikel berujudul "Top Coffee Producing Countries".
Luas kebun kopi Brasil tidak sampai setengah luas kopi Indonesia yang tercatat sebagai negara dengan perkebunan kopi terluas di dunia, tapi produksi kopi Brasil dapat menggungguli produksi kopi Indonesia.Â
Demikian juga dengan Kolombia dan Vietnam, mampu melampaui produksi kopi Indonesia dengan luas kebun lebih kecil.
Romantika pertanian kopi dalam novel, feature surat kabar atau film dokumenter terbaru mayoritas  berlatar Brasil, Kolombia atau Vietnam karena ketiga negara tersebut telah merasakan keampuhan kopi membawa kesejahteraan bagi para petani.Â