Mohon tunggu...
Murni Marlina Simarmata
Murni Marlina Simarmata Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Aro Gapopin

Menulis untuk mengasah disiplin berpikir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wiranto Bukan Korban Pertama

14 Oktober 2019   11:57 Diperbarui: 14 Oktober 2019   12:47 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam afiliasi politik, agama, idiologi atau minat kemudian digugah melalui pendekatan emosial oleh para politisi sehingga terbentuklah kelompok pendukung atau kelompok penentang tokoh tertentu. 

Eksklusifitas kelompok ini dirawat melalui informasi-informasi yang telah terdistorsi dan media sosial lagi-lagi mempermudah modifikasi informasi agar sesuai dengan kepentingan, pandangan dan selera kelompok tertentu.

Dalam perjalanannnya, orang-orang semakin terikat secara emosial dengan kelompok yang terafiliasi dengan mereka. Maka orang-orang mengakui kebenaran sebuah informasi hanya jika informasi tersebut dapat menunjukkan superioritas kelompok yang terafiliasi dengan mereka; atau hanya jika informasi tersebut dapat mendegradasi kelompok lain yang bertentangan dengan kelompok mereka.

"It is true because we want it to be true" kutip Ignas, menggaungkan kembali slogan utama  teori post-truth. Kebenaran menjadi urusan selera dan fakta-fakta objektif tak penting lagi. Di Indonesia persoalan semakin rumit karena upaya-upaya merawat eksklusifitas  kelompok-kelompok terafiliasi tersebut tidak lagi dilakukan oleh politisi (karena musim Pemilu telah berakhir) tetapi oleh masyarakat itu sendiri. 

Maka serangan verbal kepada Wiranto dan tokoh-tokoh lain yang tengah ditimpa kemalangan, dalam kerangka teori ini, dilakukan untuk terus menggugah emosi kelompok-kelompok eksklusif tersebut sehingga terus berjuang mempertahankan keberadaan mereka.

Banyak orang telah terikat sedemikian kuat secara emosial terhadap kelompok afiliasi mereka yang diciptakan para politisi untuk kepentingan politik. Ikatan emosional yang kuat tersebut mengalahkan gaung nurani kemanusiaan untuk bersimpati kepada siapapun yang menjadi korban kekerasan atau tengah dirundung kemalangan. 

Jika pemerintah tidak menangani persoalan ini secara serius maka  tidak tertutup kemungkinan kejadian serupa akan terulang kembali dan bisa jadi Wiranto juga bukan yang terakhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun