Ku dengar pintu tetangga rumah depan diketuk seseorang. Suara itu terdengar sangat jelas.Â
Saat itu aku sedang menghidupkan lampu jalan -- beberapa menit menjelang magrib. Tombol untuk menghidupkan dan mematikan ada diujung tembok berbatasan dengan tetanggaku --/ di sebelah kiri.Â
Yang membuatku penasaran, ketika aku melihat ke arah pintu rumah tetangga, suara ketukan itu berhenti. Dua kali sudah suara itu menggoda.Â
Kini aku abaikan dan masuk ke dalam rumah melalui garasi.Â
Baru saja handel pintu kupegang, aku mendengar suara bocil menangis
"Jangan pergi... Jangan pergi... Main sini terus... " -- begitu dia bilang.Â
Aku membatalkan masuk ke dalam rumah. Ku hampiri bocil itu.Â
Tidak ada siapa - siapa selain si bocil. Lalu dia bicara dengan siapa?Â
Aku berniat memanggil ibunya karena si bocil tak mau pulang.Â
Tapi di rumah yang ku kunjungi -- aku melihat bocil itu -- sedang duduk manis bersama ibunya menikmati ice cream.Â
Lha, tadi di sana siapa?Â
Bocil dengan wajah mirip -- bolehlah dibilang kembaran. Yang ini berpakaian piyama bergambar panda berwarna biru. Yang di luar itu berkaos hitam dengan celana pendek berwarna hijau.Â
Untuk menghilangkan rasa malu -- siapa tahu ada yang melihatku masuk halaman rumah ini -- aku jadi berpura-pura minta cabe. Kebetulan di depan rumahnya ada pohon cabe.Â
Semoga tidak ada yang melihatku waktu aku berbicara sama bocil di luar sana. Aku tak ingin orang bertanya-tanya dengan siapa aku bicara...Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H