Mohon tunggu...
Murni Rianti
Murni Rianti Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan SMK Yudya Karya Kota Magelang

Membaca, menulis, traveling, berkebun, bertanam, kurator, olah raga jalan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kerokan Sebagai Warisan Budaya

1 Februari 2024   08:48 Diperbarui: 1 Februari 2024   08:49 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku netral saja. Mau kerokan oke, tapi juga tidak menganjurkan -- begitu kata sepupuku. Aku menggoda dia, dokter netral. Ini netral ala pemilu ya, Mba...

Dia hanya terkekeh sambil lanjut memeriksa pasien di rumah. Sempat juga dia bilang -- soalnya, kerokan itu bisa sebagai warisan budaya dari nenek moyang kita -- orang Indonesia. Makanya tidak bisa dilarang begitu saja.

Ruang keluarga sepi. Tiba-Tiba kakak ku muncul lagi sambil mengambil ponsel dekat TV. 

Dia sempat bilang lagi -- dalam hal masuk angin, kerokan merupakan penyembuh karena sudah dianggap menjadi tradisi.

Iya benar. Saya uga suka kerokan. Apalagi kalau ibu pengeroknya.

Cara mengerik yang saya tahu karena sudah menjadi kebiasaan di rumah ini -- oleskan minyak atau balsam pada bagian tubuh yang akan dikerok. Lalu gores sambil ditekan dengan koin. Kulit akan menghasilkan gurat-gurat merah bekas goresan koin.

Semakin lama digores semakin merah. ini menandakan tubuh kita benar-benar masuk angin...

Selamat mencoba bagi yang belum pernah. Yang sedang kerokan, semoga cepat sembuh....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun