Masih sangat pagi. Adzan subuh belum bergema. Rasanya lebih nyaman mandi air hangat terlebih dahulu. Niatnya diberi sedikit garam dan sereh. Lalu direbus. Rebusannya untuk mandi pagi
Membayangkan segarnya tubuh mandi menggunakan rebusan sereh, membuat diriku lebih semangat.
Apa daya panci yang akan digunakan ternyata bocor. Bocoran yang keluar dari panci membuat api kompor menggoda perhatianku.
Api seolah - olah memanggilku meminta perhatian.Â
Aku menjadi sadar ada sesuatu yang telah terjadi pada panci terlama yang aku miliki.
Ternyata pada tungku api tertetesi air dari panci bocor. Air yang keluar dari bocoran panci tampak terkumpul di piringan tungku api.
Panci langsung ku-angkat dan isinya segera berpindah ke panci lain.
Dibalik panci, tampaklah tambalan yang lama. Lalu aku meneropong panci untuk melihat lebih seksama -- bagian mana yang bocor. Apakah tambalan pertama?
Kulihat bocoran itu di sisi samping. Segera kakiku melangkah ke tempat penyimpanan sarana pertukangan. Mencari tambalan panci yang dulu pernah ku beli untuk menambal panci lagi saat ini.
Dulu aku membeli 2 lembar harganya seribu rupiah.Â
Aku membeli di warung yang berada di ujung jalan ini. Ketika itu aku membeli sore hari. Jika sekarang tidak menemukan  tambalan sisa yang dulu, apa sepagi ini ke warung? Kok seperti tidak  ada panci yang lain saja.
Akhirnya tambalan panci yang ku maksud ketemu. Jadi bisa langsung melakukan aksi nyata.
Mula- mula panci dibersihkan dan dikeringkan. Lalu diamplas di bagian yang bocor itu -- agar permukaannya kasar. Fungsinya untuk menguatkan ikatan atau melekat lebih kuat .
Karena memang tidak mempunyai amplas, maka yang ku gunakan sendok.Â
Bocoran yang dulu, dibuat rekatannya juga menggunakan sendok. Sampai sekarang kondisinya masih baik-baik saja.
Setelah itu, tambalan panci kita buka terlebih dahulu dari penutup isolasi tambalannya.
Setelah melekat, tekan - tekan berulang kali agar semakin merekat.
Setelah selesai, langsung diujicobakan.
Hasilnya tidak mengecewakan. Bersyukur masih bisa memperpanjang umur panci.Â
Terima kasih panci untuk kesetiaanmu....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H