Entah ada rencana apa cantikku mengajak jalan-jalan ke Tubing Kali Kota.
Tapi pakai motor--begitu ujarnya selesai aku bilang -- oke.Â
" Kita berangkat sebelum pukul enam. Paling tidak pukul lima lebih empat puluh lima. Soalnya kita mau ke Yogyakarta berangkat pagi."
Akhirnya meluncurlah kami menuju Tubing Kali Kota melalui jalan kampung. Suasana sepi dan sejuk. Sangat nyaman berbonceng ria sambil mengobrol.
"Tumben kepingin jalan-jalan?" Aku mulai mengajak bicara. Motor yang dilajukannya sudah pelan semakin memelan
"Pingin lihat keadaan. Mungkin tidak Tubing Kali Kota untuk tempat pesta pernikahan."
Kaget juga mendengar tujuan ke sana untuk merancang tempat nikah. Tetapi aku hanya mampu bilang -- oohh...
"Sepertinya kita jadi nikah bareng di tempat yang sama. Biar ngirit dana. Mba Maya dan Mba Hera juga mau."
Aku tidak langsung menanggapi apa yang ada di pikirannya. Semua itu harus dibicarakan juga ke calon besan dan bapaknya.
"Kamu mau bikin konsep seperti apa, Dek?"
"Memasyarakatkan Kali Tubing supaya bisa berkembang. Mungkin aku harus banyak tanya ke Dinas Pariwisata sekalian mengajukan tempat."
"Tujuan kamu bagus. Memasyarakatkan Kali Tubing Kota. Kamu nanti menjadi sibuk ngurus banyak hal."
" Ibu juga nanti bantu aku?"
"Ini melibatkan banyak orang, kamu siap?'
"Nanti aku bikin perencanaan dulu, lalu kubayangkan situasinya kalau sudah melihat langsung ."
Bukannya menjawab --malah membahas perencanaan.
Tak terasa, sampai juga di Tubing Kali Kota
Meninggalkan motor di ujung gang rasanya tidak nyaman. Akhirnya kami parkir dekat warung sambil meninggalkan sekantong plastik  jajanan  pemberian tetangga yang merayakan natal. Kami sendiri membawa kue dan mineral botol. Siapa tahu butuh sejenak rehat sambil duduk di taman. Mungkin lesehan, mungkin juga di tempat semenan pinggir kali.
Kami berjalan sambil bercerita. Aku  mendengarkan  saja rencana cantikku. Belum memberi tanggapan apapun.
"Ini untuk terima suvenir, daerah sini untuk kotak amplop."
Yang terpikir olehku, kotak amplop Maya dan Hera sebelah Mana?
Dia masih melanjutkan angannya. "Pelaminan di atas sana. Kiri kanan pelaminan -- nanti para bocil bisa bermain di tubing. Kanan kiri jalan ini untuk hidangan. Tersebar di taman. Dibiarkan terbuka.
Kami menuju ke atas. Utamanya aku, melihat ulang suasana di atas, saat udara segar dan matahari menghangat. Aku duduk sejenak sambil sekadar minum. Â
Si cantik pergi menuju tulisan besar --Magelang. Â Dari sana bisa melihat pertigaan Bon Polo dari atas. Suasana sedang sepi.Â
Entah, apa yang sedang ada di kepala si bontot. Aku lebih suka menikmati suasana sepi sambil jalan-jalan di sekitar sini. sesekali mengambi gambar. Salah satunya sisi lain suasana pagi ini. Mengambil gambar lain Tubing Kali Kota yang bersisian dengan rumah warga.
Sampai di atas yang kucari pertama kali keberadaan si bontot. Dia sedang berdiri sambil memotret dirinya sendiri. Aku melangkah mendekatinya sambil memotret sisi seberang rumah warga. Ini adalah jalan nasional Ahmad Yani--dekat pompa bensin.
Masih terus menikmati suasana sepi pagi ini dan gratis--aku mengambil sisi lain tempat yang juga nyaman. Utamanya karena bersih.
Lelah berjalan, kuhampiri si bocil "Bagaimana menurutmu? Bagus kan tempat ini?"
"Tapi Maya dan Hera ga mau di sini."
Hatiku bersorak. Aku juga tak ingin di sini. Terlau ribet. Yang kusampaikan ke bocil cantikku.Â
 " Kamu sudah punya niat baik, memasyarakatkan dan meramaikan Tubing Kali Kota. Kalau bukan yang muda-muda dan kita-kita ini, siapa lagi...? Kamu bisa bergerak menggunakan event lain membuat tempat ini ramai. Sudah mulai siang, Yuk kita pulang"
Tak ada senyum di wajahnya. Kini dia berjalan dalam diam. Tidak  seperti tadi waktu memasuki Tubing ini. Banyak ceria... Banyak rencana... Sementara aku juga sedang tidak ingin banyak bicara...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI