Membaca dan menyimak karya Pak Jandris tentang Batik Ecoprint Merenda Kain Mori dan Daun Menjadi Karya -- membuat aku ingat Ibu dengan menu makan siang kala itu.
Waktu itu, aku mendapat tugas mengumpulkan daun dan bunga kering sebanyak 25. Harus dari bermacam-macam bunga dan daun. Boleh 5 bunga, 20 daun. Boleh juga 10 bunga, 15 daun. Minimal jumlah bunga 5. Â Minggu depan diharapkan sudah kering.Â
Caranya, letakkan daun yang habis dipetik itu di sela-sela buku. Â Satu daun atau bunga satu sisipan, supaya mudah kering dan tidak berjamur atau busuk.
" Tugas ini mulai dilaksanakan nanti pulang sekolah. Supaya minggu depan bisa kita tempel-tempel dan dibingkai dengan pigura." Yang kuingat sepertinya Bu Guru menyampaikan begitu.
Siang itu aku tidak langsung membuat. Setiap Rabu siang selesai mengikuti pelajaran di sekolah, aku mengikuti kegiatan berenang. Kamis belajar kelompok. Tempat belajar kelompok bergantian. Besok Kamis  giliran rumahku.
Aku mengajak teman-temanku tidak belajar kelompok, tetapi mencari bunga dan daun bersama-sama. Semua setuju. Kelompokku ada 5 0rang.
Rasanya senang memetik dan mengumpulkan daun bersama-sama.
Rumahku sepi. Ayah dan ibu bekerja. Untuk  hari ini kami tidak makan siang karena aku tidak bilang ibu kalau teman-teman ke rumah kita dan mencari bunga dan daun di sekitar rumah kita.
Setelah semua temanku berkumpul di rumah dan menitipkan sepeda di rumah, aku mengajak semua temanku ke luar dari perumahan menuju kampung. Di jalan-jalan kampung biasanya banyak bunga dan tanaman liar. Jadi tidak merusak tanaman warga.
Aku dan teman-teman keasikan mencari bunga dan daun. Rencananya untuk membuat herbarium yang dibingkai dengan kaca. Kami perlu dana iuran untuk membuat bingkai.
Semua yang kami peroleh, langsung di simpan diantara halaman buku. Kami membeli buku untuk menyimpan tugas. Lalu aku pulang ke rumah bersama teman-teman.
Aku tidak tahu Ibu sudah pulang. Sedang membuat kue pisang, ada juga es timun, sate, lontong, sup bakso sayur.
Setahuku, mau ada tamu dari Surabaya, karena tadi pagi sempat aku dengar obrolan Ibu dengan Pamanku.
Jadi ibu habis bekerja, langsung ke pasar. Habis itu memasak dan meyiapkan makan buat aku dan teman-teman.Â
Dari siapa ibu tahu aku dan teman-teman belum makan?
Ibu cuma bilang " Ada deh...."
Habis itu aku dan teman-teman melanjutkan menyusun daun diantara halaman buku biar lebih rapi. Tapi kata ibu, lebih bagus di kertas koran.Â
Aku mengambil banyak sekali koran di gudang. Satu daun satu koran biar mantap. lalu diletakkan begitu saja.
"Di bersihkan dulu daunnya dengan lap baru di sisipkan di koran" Begitu usul Ibu
Menjelang seminggu...
Selasa sore kami melihat hasil pengeringan daun dan bunga kami--Kali ini Ibu tahu kalau teman-teman akan datang. Jadi tadi pagi Ibu membuatkan sarapan, lalu membuatkan makan siang untuk aku dan teman-teman. Menu waktu itu  ayam goren bawang, sambal bawang, timun serut.
Rabu pagi masing-masing membawa ke sekolah, tugas yang diberikan Bu Guru  -- untuk di bingkai sesuai selera masing-masing. Milik kami, tampil bersih tidak buluk. Mungkin karena di lap terlebih dahulu. Juga tampak lebih rapi. Mungkin karena bantalannya koran lebih padat dan isinya tidak terlalu padat. Satu koran satu daun.Â
Ada karya temanku yang buluk dan tidak rapi.
Herbarium yang bagus seperti ini
Hasil karya bersama waktu itu untuk hiasan kelas.
Saat kupikir semua itu, sungguh--ibu lebih kuat dari aku. Dari bangun tidur, berdoa, memasak, mencuci, bekerja, ke pasar, menemani belajar, menggosok pakaian, mempersiapkan semua untuk hari esok....Â
Aku tidur, ibu belum tidur, Aku bangun ibu sudah siapkan segalanya di meja makan sebelum kami berpisah kala itu...
Ibu bekerja, aku sekolah....
Terima kasih Pak Jandris, telah membuka kenanganku...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H