Giat pagiku setelah sarapan -- Â membeli bahan-bahan untuk membuat cemilan.
 Untuk minuman sudah tersedia. Wedang beras kencur. Yang suka dingin masuk pendingin, yang suka hangat masuk thermos.
Menurut sepupuku, beras kencur buatanku lebih nikmat. Rasanya nagih. Kalau beli di luar, di penjual jamu atau di swalayan, rasa yang kuinginkan tidak kutemui. Begitu ungkapannya.
"Aku siap buka gerai.... Tapi rugi kalau semua minta gratis."
Yang merasa kusentil tertawa ngekek.
Kini aku siap merebus tahu, pare, somay siap saji, kentang dan sawi pahit. Di tempatku sawi pahit itu harus. Masih ditambah telur rebus.
Bumbu kacang siap sedia. Di rumah selalu ada sambal kacang kemasan rasa pedas atau tidak pedas. Kecap dan sambal botol juga sudah siap. Semua bisa disambi ngobrol.
Aku dan sepupuku ngobrol di ruang dekat dapur. Ramainya suasana karena para bocil bermain kejar-kejaran. Baguslah daripada hapenan.
Sepupuku nanya -- Mba masih ingat resep Minggu kemarin?
"Yang mana...?".
"Yang serba diaduk".
"Yang diaduk itu banyak ragam. Kalau minuman beras kencur, diaduk dulu. Biar yang mengendap tercampur. Kalau santan di atas kompor, diaduk biar jadinya cakep. Bikin bubur diaduk".
"Yang kesukaanku ..."
"Ah, kamu mah apa - apa suka..."
"Itu lho, bahan pisang diaduk, campur telur, gula, terigu, soda kue, mentega, vanili, lalu aduk rata. Siapkan loyang yang sudah diolesi minyak atau mentega. Panggang sampai warnanya coklat dan harum."
"Oh itu..., ingatlah..."
"Buatin aku dong...."
"Kayaknya kamu sudah nyimpan  di tas. Coba buka tasmu..."
"Ih, aku curiga nih...."
setelah itu aku dipeluknya sambil gemes. Hidungnya mencium aroma Banana Brand. Â Aku mencium aroma rebusan sawi pahit....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H