Sore ini, sambil menunggu semua kumpul untuk nyadran bareng-bareng, iseng-iseng aku membuka obrolan dengan para sepupu.
Adakah di sini yang sering buang air kecil, berat badan menurun dratis, sering merasa haus, kalau punya luka lama sembuh, Â sering ingin tidur dan ingin rebahan lebih banyak, mata atau penglihatan berkurang, gelisah, sering merasa lapar, sering gangguan mulut dan gigi, rasa tidak nyaman, juga gangguan kulit?
Aku membaca semua itu dari catatan di ponsel yang aku catat  pas ngobrol bersama ibu-ibu PKK sambil rewang Jumat kemarin.
Lho, memang ada apa, kok kamu nanya-nanya segala -- Tanya Mba Eny
Ya, igin tahu sajalah... Ucapku santai.
Kalau iya, kenapa? -- Itu suara Mbak Nunik
Soalnya itu tanda-tanda diabetes  --  itu yang aku sampaikan.
Oalah, itu mah karena kebanyakan makan yang manis-manis. Makan makanan yang ga sehat. Kebanyakan karbohidrat. Lupa  kalau badan juga butuh  protein, lemak, serat. Ga boleh asal kenyang  --  begitulah kata Mba  Tien.
Lha kalau diabetes pada anak-anak? Â -- Â tanyaku cepat-cepat.
Iya, kemarin di kantor juga ada yang cerita, anak teman kena diabetes.  Tahu kalau kena diabetes dari bau mulut dan masalah pencernaan -- itu suara  Dek Prima.
Bau rokok kaleee, bukan bau mulut  --  protes  Mba Tri.
Bukan rokok, tapi bau mulut  --  jawab Dek Prima.
Wah kalau anak-anak kena diabetes, sekarang kan  banyak makanan dengan pemanis buatan. Minum obat saja pakai tambahan gula  --  komentar Dek Wikan.
Apalagi pada doyan kentang goreng, roti,  minuman bersoda, bubble tea, buah yang dikaleng, itu pasti gulanya gula pemanis buatan  --  komentar Dek Ipin.
Ho oh  -- itu kataku.
Lagian sekarang apa-apa diantar, ke sekolah di antar, di rumah sering rebahan sambil ponselan. Ga ada gerak aktivitas kaya kita dulu. Lha kan budaya kita sama anak sekarag 'kan beda  -- itu suara Mba Lilik.
Mungkin ini jadi penyakit modern selain karena penyakit keturunan  --  sambut Mbak Pipik
Kalau masalah keturunan itu bisa diatasi dengan pola makan sehat seimbang bergizi, dengan tiga kali makan ukuran sedang. Selingi dengan cemilan sehat. Ga mungkin 'kan anak  kita ga jadi nikah karena tahu calon pasangannya atau ternyata orang tua atau dia sendiri kesenggol diabetes -- ungkap Mba lilik.
Kalau kita kayanya ga bisa atur makanan sehat dengan gaya hidup sehat. Pada kerja kan. Apalagi nyiapkan maknan selingan -- ungkap Dek Prima.
Eh, itu sudah mulai. Nanti lagi ngobrolnya. Yang  penting mulai ajak anak-anak hidup sehat dan olahraga. Yuuuk pada diem....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H