Mohon tunggu...
Murni Rianti
Murni Rianti Mohon Tunggu... Pustakawan SMK Yudya Karya Kota Magelang

Membaca, menulis, traveling, berkebun, bertanam, kurator, olah raga jalan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ajak Bocil Tetangga ke Sekolah Membaca Karyaku

4 Februari 2023   11:27 Diperbarui: 4 Februari 2023   11:29 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bocil anak tetangga sekitar sekolahku sedang nyimak apa yang aku bacakan. Foto dokpri.

Sekolahku berada di perkampungan yang cukup banyak bocil. Memang lokasi sekolah berada di jalan utama, jalan nasional.

Belakang sekolah  merupakan kampung yang masih asri. Tapi itu dulu, sekarang sudah ramai.  Terbangun kantor, sekolah, kampus, juga selalu saja rumah baru dibangun. Yang dulunya sangat sepi sekarang ramai. Tetap saja dari dulu selalu ada anak kecil yang meramaikan jalanan kampung di belakang sekolah.

Sesekali aktivitas suara anak bermain terdengar sampai mejaku. Bermain sepeda atau hanya berlari saling kejar, saling tangkap, saling pukul, akhirnya ada yang menangis, itu biasa. Emaknya sibuk merayu biar diam. Saya mengajak ke meja saya, ketika dia dan ibunya lewat depan sekolah sambil menggandeng bocilnya.

Terjadilah obrolanku bersama ibu si bocil.

"Tangismu meramaikan suasana. Kalau jatuh ya bangun lagi dek. Eh kamu tahu tukik enggak?" Aku menjawil si bocil.

Si bocil menggeleng.

"Sini, saya punya tukik."

Bocil kini dalam gandenganku, ibunya mengikuti dari belakang. Si anak menuju mejaku. Ibunya duduk di kursi tunggu yang ada dekat pintu gerbang.

Anak ini melupakan ibunya, mungkin dia pikir tukik itu makanan yang belum pernah dia makan. Sebab obrolanku tadi jadi menduga ke sana. 

"Tadi kamu sama emak mau ke mana?"

"Beli Kue."

"Nanti kita baca cerita ya?"

Bocil hanya diam. Seperti takjub melihat isi mejaku dengan buku anak yang akan aku bagikan ke rumah baca dekat rumah paman.

Paman memang memesan buku karyaku untuk taman bacaan dekat rumahnya.

Aku mengangkat bocil biar duduk di kursiku.

"Duduk yang manis Bos Kecil"

Ekspresinya ingin tahu segala yang ada di mejaku. Kubiarkan dia menikmati semua yang ada di depan matanya.

Aku lalu menggeser kursi milik temanku. Mumpung dia sedang keluar sejenak mengantar makan siang anaknya ke SD dekat  sini saja.

"Tadi katanya belum tahu, tukik itu apa? Iyakan?"

Bocil menatap buku yang aku sodorkan.

"Lalu, lihat di layar yang seperti tivi ini. In namanya laptop. Sama apa tidak gambar buku ini sama yang sedang kamu pegang gambarnya?"

Bocil menggeleng.

"Gambarnya sama. Cuma ini tampilan di kertas. Yang ini tampilan seperti di tivi."

Aku mulai membaca yang ada di layar, sementara buku dengan judul dan gambar yang sama juga sedang di pegang bocil.

Aku mulai membaca pelan-pelan sanbil menunjuk gambar yang dimaksud di halaman itu.

Buku yang aku bacakan dari laptop ketika itu. Foto dokpri.
Buku yang aku bacakan dari laptop ketika itu. Foto dokpri.

Setelah selesai. Aku menyuruh bocil membuka setiap halaman buku yang dia pegang. Setiap dia buka halaman berikut, aku juga membuka halaman berikut di layar laptopku.

"Yang ini sama atau tidak dengan yang buku yang kamu pegang?"

bocil mengangguk.

"Yang ini?"

Bocil mengangguk lagi.

"Terus yang ini?"

Bocil lagi-lagi mengangguk.

Sampai habis satu buku.

"Kamu suka buku ini?"

Dia masih juga mengangguk.

"Mau punya buku seperti ini?"

Mengangguk lagi

" Ini buat kamu. Bawa pulang atau boleh juga dibaca bersama teman-teman ya."

Dia mengangguk.

"Yuk sekarang kembali ke emak. Kasihan emak menunggumu di sana. Nanti ceritakan sama emak ya, buku ini ceritanya bagaimana."

Aku menurunkan bocil, dia melangkah menuju emak tanpa memindah pandangannya dari buku di tangannya.

Di sana dengan bahasa mata, si emak mohon diri.

Yang aku herankan, kenapa si emak tidak jadi ke warung beli jajanan?

Oh, mungkin karena sudah mendapat buku dariku, he he he....

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun