Mohon tunggu...
Murni Rianti
Murni Rianti Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan SMK Yudya Karya Kota Magelang

Membaca, menulis, traveling, berkebun, bertanam, kurator, olah raga jalan.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Cara Mudah Mengetahui Unek-unek Anak

23 Januari 2023   20:03 Diperbarui: 23 Januari 2023   20:06 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis menjadi salah satu sarana curhat, menyalurkan unek-unek. Kalau anak ingin merahasiakan, ada caranya. Foto dokpri.

Kegiatan menulis di kelas saya biasanya melalui daftar tema. Ada lima belas tema yang bisa dipilih sesuai minat dan niat.

Sering juga anak bingung apa yang mau ditulis. Tema yang saya sodorkan tidak ada yang berhasil untuk dikembangkan sesuai pengalaman yang dia miliki.

Terlebih lagi kebiasaan membaca belum berhasil.

 Wajarlah jika anak tidak menemukan ilham atau ide yang akan ditulis.

Jalan tengahnya, saya menyampaikan,  tulislah apa saja yang terlintas dipikiran.

Beberapa anak memang langsung merenungi sesuatu. Bisa jadi itu kenangan manis atau buruk.
 
Atau hal-hal yang membuat malu bahkan mengakibatkan  sakit kepala berkepanjangan.

Dari beberapa anak atau siswa yang menulis tema bebas, apa yang terlintas itu, ada dua anak selama satu semester menulis semacam curhat yang sifatnya rahasia.

Untungnya saya sempat membaca. Intinya dia punya teman dekat yang hamil karena ulah teman dari sekolah lain.

Pacar dia juga dari sekolah lain. Semua ditulis pada kertas.

Kalau rahasia, tidak usah dikumpulkan. Tetapi harus membuat lagi untuk dikumpulkan. Begitu saya bilang ketika itu.

Jadi anak atau siswa membuat tulisan atau cerita lain yang bukan rahasia untuk dikumpulkan.

Hal ini saya lakukan agar dia bisa terus menulis sampai selesai dan bisa jadi membuat dia lega.

Dengan menulis seperti itu, maka menulis menjadi salah satu sarana curhat, menyalurkan unek-unek.

Kalau anak atau siswa ingin merahasiakan, kertasnya biar dibawa anak saja. Tapi saya sudah tahu dan bisa saya tulis kembali sebagai catatan untuk saya sendiri.

Setelah itu diusahakan bicara dari hati ke hati bahwa pendampingmu kelak pasti lebih baik dari itu.

Setidaknya saya sempat melihat rona berbeda sebelum dan sesudah menulis. Sekarang yang bersangkutan sudah berkeluarga.

Saya juga jadi punya kenangan manis tentang ini. Menulis kisah anak sekolah dari sudut diriku sebagai pendamping literasi.

Semoga kalian menyadari, bahwa menulis dan membuat kenangan yang dibukukan akan abadi, bisa dibaca anak kalian kelak.

Bagi para siswa yang pernah merasakan bahwa menulis bisa untuk terapi, melepas beban, maka lakukanlah.

Sering saya tahu mereka sedang galau ketika saya membaca tulisan mereka di status. Kalau sudah begini, saya biasanya nantang, jadikan buku, berani ga?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun