Mohon tunggu...
Murniati
Murniati Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 22 PPU

Seorang wanita yang tinggi badannya tidak lebih dari 150cm, murah senyum dan paling sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pendidk yang Merdeka

24 Oktober 2024   13:49 Diperbarui: 24 Oktober 2024   13:58 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada modul ini banyak hal yang saya pelajari, sebagai seorang pendidk. di mana pendidk tidak ha ya sekedar memberikan materi kepada peserta didik namaun pendidik juga mampu menahami kebutuhan dasar manusia dan juga harus dapat memahami segala tingka laku yang terjadi di dunia kerja. pada kesempatan ini saya akan lebih fokus pada 4 paradigma dilema etika.

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini: 

1. Individu lawan kelompok (individual vs community) 

Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu lawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Paradigma ini, bisa juga berhubungan dengan konflik antara kepentingan pribadi lawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil lawan kelompok besar.   'Individu' di dalam paradigma ini tidak selalu berarti 'satu orang', tapi dapat juga berarti kelompok kecil dalam hubungannya dengan kelompok yang lebih besar. 'Kelompok' dalam paradigma ini dapat berarti kelompok yang lebih besar lagi, bisa berarti kelompok masyarakat kota yang sesungguhnya, tapi juga bisa berarti kelompok sekolah, sebuah kelompok  keluarga, atau keluarga Anda.   Dilema individu melawan kelompok adalah tentang bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil, dan apa yang benar untuk kelompok yang lebih besar. Sebagai guru terkadang kita juga harus membuat pilihan seperti ini di dalam kelas. Satu kelompok membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengerjakan sebuah tugas,  sementara ada kelompok lain yang dapat menyelesaikannya dengan lebih cepat sehingga mereka sudah siap untuk masuk ke pelajaran berikutnya, apakah keputusan yang akan diambil oleh guru?  Dalam situasi ini, guru mungkin menghadapi dilema individu lawan kelompok.  

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)   

Dalam paradigma ini,  pilihannya adalah antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Kita bisa memilih untuk berlaku adil dengan memperlakukan hal yang sama bagi semua orang,  atau membuat pengecualian dengan alasan  kemurahan hati dan kasih sayang.   Terkadang memang benar untuk berpegang teguh pada peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan (kebaikan) Misalnya ada peraturan di rumah, Anda harus ada di rumah pada saat makan malam. Misalnya suatu hari Anda pulang ke rumah terlambat karena seorang teman membutuhkan bantuan Anda. Situasi ini dapat menunjukkan dilema keadilan lawan rasa kasihan,   terhadap orang tua Anda. Apakah ada konsekuensi dari melanggar peraturan tentang pulang ke rumah tepat waktu untuk makan malam, atau  haruskah orang tua Anda membuat pengecualian?

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 

Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika.  Kadang kita harus memilih antara jujur atau setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita akan menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu,  atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.   Pada situasi perang, tentara yang tertangkap terkadang harus memilih antara   mengatakan yang sebenarnya kepada pihak musuh atau tetap setia kepada teman tentara yang lain. Hampir dari kita semua pernah mengalami harus memilih antara mengatakan yang sebenarnya atau melindungi teman (saudara) yang  dalam masalah. Ini adalah salah satu contoh dari pilihan atas kebenaran melawan kesetiaan.

4. Jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term)   

Paradigma ini  paling sering terjadi dan mudah diamati. Seringkali kita harus memilih keputusan yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi pada hal-hal yang setiap harinya terjadi pada kita, atau pada lingkup yang lebih luas misalnya pada isu-isu dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dan lain lain.   Sebagai orangtua, kita seringkali harus membuat pilihan ini,  contohnya: ketika kita harus memilih antara seberapa banyak uang untuk digunakan sekarang dan seberapa banyak untuk ditabung nanti. Pernahkah Anda harus memilih antara menggunakan uang anda untuk makan favorit Anda atau berlatih instrumen musik atau berolahraga? Bila iya, Anda telah membuat pilihan antara jangka pendek melawan jangka panjang. 

pada modul ini sangat bermanfaat bagi kita  sebagai bekal yang sangat berharga bagi seorang pendidik dalam menghadapi dilema-dilema moral yang kerap muncul dalam dunia pendidikan. Dengan memahami paradigma individu vs kelompok, keadilan vs kasih sayang, kebenaran vs kesetiaan, dan jangka pendek vs jangka panjang, pendidik dapat mengambil keputusan yang lebih bijaksana dan bertanggung jawab. Pemahaman ini memungkinkan pendidik untuk menyeimbangkan berbagai kepentingan, seperti kepentingan individu siswa, kepentingan kelompok, nilai-nilai kebenaran, dan konsekuensi jangka panjang dari setiap tindakan. Selain itu, dengan memahami paradigma-paradigma ini, pendidik juga dapat menjadi role model yang baik bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan membuat keputusan etis.

sementara pada Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan merupakan kerangka berpikir yang sistematis untuk membantu individu, termasuk pendidik, dalam menghadapi dilema etika dan membuat pilihan yang tepat. Tujuan utama dari konsep ini adalah untuk melatih kemampuan berpikir kritis, analitis, dan reflektif, sehingga keputusan yang diambil tidak hanya berdasarkan intuisi semata, tetapi juga didasarkan pada pertimbangan yang matang dan rasional.

Manfaat dari konsep ini sangatlah luas, terutama bagi seorang pendidik. Pertama, konsep ini membantu pendidik untuk lebih memahami kompleksitas situasi yang dihadapi dalam lingkungan pendidikan. Setiap keputusan yang diambil oleh seorang pendidik memiliki konsekuensi yang luas, baik bagi siswa, sekolah, maupun masyarakat. Dengan memahami berbagai paradigma etika, pendidik dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan konsekuensi dan memilih tindakan yang paling tepat.

Kedua, konsep ini membantu pendidik untuk mengembangkan kemampuan komunikasi yang efektif. Dalam menghadapi situasi yang sulit, pendidik perlu mampu menjelaskan alasan di balik keputusan yang diambil kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Kemampuan komunikasi yang baik akan membantu membangun kepercayaan dan kerjasama yang positif.

Ketiga, konsep ini membantu pendidik untuk menjadi role model bagi siswa. Dengan menunjukkan bagaimana cara mengambil keputusan yang etis dan bertanggung jawab, pendidik dapat menginspirasi siswa untuk mengembangkan nilai-nilai moral yang sama.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun