Mohon tunggu...
Murni amaliaCh
Murni amaliaCh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya adalah menulis dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Krisis Moral Generasi Strawberry

22 Juli 2022   03:56 Diperbarui: 22 Juli 2022   04:12 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: Murni Amalia Chairunisya

Mahasiswa PPG UAD

Dasyatnya perkembangan dan kemajuan teknologi memberi pengaruh besar terhadap perkembangan moral dikalangan generasi masa kini. 

Memang benar suatu perkembangan teknologi memberi manfaat yang luar biasa namun banyak pihak yang tidak bisa mengendalikan atau menyalahgunakan kemajuan-kemajuan tersebut. 

Sebelum kita membahas jauh tentang bagaimana krisis moral yang dihadapi generasi ini, ada baiknya kita pahami sedikit beberapa fakta menarik dari generasi strawberry.

Kemunculan Dasar Generasi Strawberry

Generasi strawberry merupakan generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati. Istilah ini pertama kali muncul di Taiwan dan ditujukan pada generasi muda yang mudah sekali merasa rapuh dan tidak tahan tekanan. 

Seperti halnya buah strawberry yang mudah hancur saat diinjak, generasi ini juga memiliki daya tahan yang cenderung lunak jika menghadapi tekanan begitulah profesor Rhenald Kasali membahas dalam bukunya.

Merujuk Pada Generasi Kekinian

Generasi strawberry merujuk pada generasi muda yang lahir pada tahun 1997 dan setelahnya. Namun, menurut Rhenald Kasali generasi ini tidak semata-mata merujuk pada generasi yang lahir pada periode waktu tertentu. Sebab, ada juga generasi kelahiran 90-an yang masuk ke dalam generasi Z dan milenial. 

Lebih dari itu, generasi ini merujuk pada generasi yang dibesarkan dalam strata sosial tertentu yang membentuk mereka menjadi pribadi yang manja dan cenderung malas, egois, bahkan arogan.

Generasi Kreatif tapi Tidak Tahan Tekanan

Generasi strawberry dianggap tidak mampu menghadapi berbagai tekanan sosial sebagaimana generasi orang tua terdahulu. Padahal generasi tersebut memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi jauh di atas generasi sebelumnya. Generasi ini memiliki begitu banyak gagasan-gagasan kreatif. 

Menurut Rhenald Kasali, generasi ini memiliki akses untuk menyerap berbagai informasi di media sosial dengan mudah dan cepat seperti spons menyerap air. 

Sayangnya, informasi-informasi yang diterima terlalu cepat dan memberikan pengaruh kepada mereka berupa self diagnosis yang kurang tepat. Itulah mengapa kebanyakan dari generasi ini sering mengeluh butuh healing, butuh liburan, dan lain sebagainya.

Lahir di Lingkungan Keluarga yang Cenderung Sejahtera

Fakta lain yang menarik generasi strawberry tidak terlepas dari bagaimana generasi ini terbentuk. Generasi strawberry berasal dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang sudah maju. Rata-rata mereka tumbuh dengan perkembangan teknologi yang pesat. Ini juga alasan utama mengapa generasi ini hebat dan kreatif.

Sayangnya, dimanjakan oleh berbagai kemudahan membuat mereka akhirnya tumbuh dengan mental yang lemah. Mereka gampang merasa putus asa dan menyerah. Rhenald mengatakan bahwa hal ini terjadi karena didikan para orangtua yang membesarkan anak-anak di kondisi yang lebih sejahtera. 

Mereka cenderung tidak ingin anaknya mengalami kesulitan yang mereka alami sehingga anaknya cenderung dimanjakan. Hal inilah membuat mereka lebih membutuhkan asupan mental.

Memiliki Ide Kreatif namun Cenderung Malas

Para generasi strawberry memiliki kreativitas dan ide-ide yang seringkali out of the box. Hal ini lantaran mereka tumbuh langsung berbenturan dengan teknologi dan informasi. Sayangnya generasi ini kurang memiliki kegigihan. Ide yang cemerlang seringkali pupus karena kurangnya daya juang para generasi strawberry.

Beberapa fakta generasi strawberry tergambar bahwa banyaknya khekawatiran yang mungkin akan terjadi. Hal tersebut yang harus diwaspadai dimana generasi ini bisa terbentuk dengan arogansi yang tinggi oleh kerapuhan, rasa malas serta sikap manjanya. 

Oleh karenanya generani ini sangat mengkhawatirkan, yang dimana teknologi menjadi asupan utama bagi mereka menerima segala informasi untuk ditiru dan diaplikasikan secara langsung. Arogansi, rasa malas, sikap manja serta kerapuhan menjadi senjata mereka untuk bersikap semena-mena ditambah lagi mereka yang masih mencari jati dirinya.

Masalah perilaku di tengah perkembangan digital yang mudah diakses generasi strawberry ini ibarat dua mata pisau yang jika dimanfaatkan akan sangat berguna untuk mendongkrak kemampuan bagi sipenggunanya yang mana media saat ini menyajikan dan dan memberikan banyak informasi yang dibutuhkan oleh kebanyakan anak muda begkitupun sebaliknya jika disalahgunakan maka akan merugikan si pengguna maupun orang lain. 

Tanpa kita sadari krisis moral sedang melanda generasi muda era globalisasi ini. Hal ini membuat kita prighatin dengan kondisi yang menimpa generasi penerus bangsa. Krisis moral saat ini sering terjadi difase remaja karena pada fase remaja, mereka masih mencari jati diri yang sesungguhnya.

Dampak negatif dari perkembangan serta kemajuan teknologi sering memunculkan kejadian-kejadian yang diluar akal sehat kita. Contoh nyata, kasus seksual yang kian merajalela atau para generasi muda yang tampak biasa saja dengan hubungan layaknya suami istri yang ditampilkan di hal layak. 

Seorang anak yang rela membunuh orangtuanya hanya karena keinginannya tidak dipenuhi. Perilaku-perilaku tidak terpuji tersebut terjadi akibat krisis moral yang berujung pada pelanggaran hukum. Sebegitu bobroknya etika dan moral generasi masa kini seperti tidak memiliki hati nurani demi eksistensi semata.

Krisis moral yang dialami khususnya generasi strawberry ini merupakan masalah yang sudah meluas, walau mereka umumnya sangat kreatif dan sangat maju namun pola pengasuhan orangtua yang membuat mereka rapuh serta arogansi hanya karena terlalu dimanja dan sehingga menumbuhkan rasa malas yang berdampak fatal untuk keberlangsungan hidup mereka ke depan di lingkungan sekitar maupun di dunia pekerjaan nantinya. 

Kehausan mereka akan dukungan dan dekapan akibat kerapuhan  membuat mereka mencari keberadaan orang lain di luar keluarga untuk melengkapi kekosongan yang mereka rasakan. Dan hal tersebut yang sangat dikhawatirkan oleh kita sebagai orang dewasa, yang dimana itu menjadi awal mula mereka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan moral yang seharusnya. 

Oleh karena itu kita sebagai orang dewasa harus lebih peka terhadap hal-hal apa saja yang seharusnya diberikan dan diasup oleh generasi masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun