Mohon tunggu...
Murni Lestari
Murni Lestari Mohon Tunggu... -

I'm Civic and Law Yogyakarta State University

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rakyat = Representasi Demokrasi

16 Mei 2014   02:47 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:29 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rakyat = Representasi Demokrasi

Oleh: Murni Lestari, Mahasiswa PKnH FIS UNY

Rakyat memang menjadi pemegang kedaulatan tertinggi dalam sebuah Negara demokrasi, termasuk Negara Indonesia. Sedangkan salah satu ciri dari Negara demokrasi sendiri adalah Pemilihan Umum yang biasa disebut Pemilu. Pemilu merupakan agenda besar bangsa untuk menentukan para pemimpin negeri dengan cara pemilihan langsung oleh rakyat, maka pemilu seringkali disebut sebagai pesta demokrasi di Indonesia. Dalam hal ini rakyat memang memiliki kekuasaan penuh dalam menentukan pemimpin yang sesuai dengan hati nurani rakyat yang dianggap dan dipercaya mampu untuk memimpin Indonesia. Sehingga rakyat memegang peranan penting untuk ikut andil dalam penentuan nasib Indonesia kedepan, terlebih lagi Pemilu capres dan cawapres tahun ini dipenuhi akan polemic yang ada. Dari mulai permasalahan capres yang sering disebut akhir-akhir ini, track record dan latar belakang yang dianggap belum cukup untuk menjadi orang nomor satu, sampai permasalahan koalisi parpol.

Terlepas dari segala permasalahan dari kandidat calon presiden maupun calon wakil presiden yang ada, kembali lagi bahwa rakyat adalah penentu keputusan demokrasi untuk menentukan siapa pemimpin negeri ini. Untuk mendapatkan representasi demokrasi yang benar-benar merepresentasikan suara rakyat, maka sangat perlu jika rakyat sebagai penentu nasib Indonesia kedepan tentu harus cerdas, tidak hanya pemimpinnya yang terus menerus diberikan pengetahuan mengenai politik, namun disini rakyat juga perlu untuk memiliki pengetahuan politik yang cukup memadai, sehingga rakyat yang notabene sebagai penentu pemimpin tidak akan salah pilih. Ketika rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi maka menjadikan rakyat Indonesia sebagai pemilih cerdas merupakan langkah awal yang bisa dilakukan untuk memfilter pemimpin yang layak untuk menjadi nahkoda negeri ini. Karena dengan pemilih yang cerdas, maka rakyat akan memilih calon pemimpin yang benar-benar memiliki integritas dan kompetensi yang tidak diragukan lagi, sehingga menjadikan rakyat sebagai pemilih cerdas menjadi sangat perlu karena dengan begitu Indonesia akan mendapatkan representasi dari demokrasi yang benar-benar representative dari masyarakat Indonesia secara umum.

Setidaknya menjadi rakyat cerdas tidak perlu muluk-muluk, cukup dengan memilih pemimpin yang dianggap dan diyakini akan membawa Indonesia menjadi lebih baik, tanpa dimobilisasi oleh pengaruh apapun. Karena dengan menentukan sikap pilihan yang sesuai dengan hati nurani sendiri merupakan langkah paling sederhana untuk memperoleh hasil demokrasi yang representative. Terlebih lagi, tidak jarang para calon pemimpin negeri ini menggunakan segala macam cara untuk bisa memperoleh suara rakyat, termasuk memobilisasi suara rakyat dengan cara membelinya. Terkadang uang menjadi penentu utama dalam perolehan suara rakyat. Tidak sepenuhnya salah calon pemimpin yang mencoba memobilisasi suara rakyat, tetapi rakyat juga memiliki titik kesalahan menerima “sogokan” untuk memilih salah satu calon. Hal ini wajar saja terjadi di kalangan masyarakat pedesaan yang jauh dengan modernisasi. Rakyat yang minim akan pengetahuan politik merupakan alasan mengapa rakyat menerima sogokan tersebut, bahkan terkadang justru rakyatlah yang meminta kepada calon pemimpin tersebut. Sungguh ironi memang, melihat keadaan politik di negeri ini. Maka kembali lagi pencerdasan dan pemahaman mengenai politik bagi rakyat sangat perlu.

Semakin maraknya praktek money politics dikalangan masyarakat, menjadi sebuah kekhawatiran tersendiri. Bagaimana tidak, rakyat yang menjadi penentu pemimpin negeri ini, rakyat yang memegang kedaulatan tertinggi, dan rakyatlah yang menjadi representasi dari demokrasi di Indonesia justru memberikan suaranya bukan berdasarkan hati nurani, bukan karena percaya dan yakin akan integritas dan kompetensi calon, tetapi rakyat memilih hanya karena termobilisasi oleh praktek money politics. Jelas jika hal ini terjadi, suara yang dihasilkan dalam pemilu bukan lagi suara representative dari rakyat, melainkan suara politik uang yang berbicara. Calon pemimpin yang memiliki intergritas dan kompetensi yang mumpuni secara otomatis tersingkir, kalah kuat dengan calon yang memiliki banyak modal untuk memobilisasi suara rakyat. Apakah hal ini merupakan demokrasi yang akan terus menerus hidup berkembang di Negara Indonesia? Jawabannya ada pada diri kita sendiri. Dalam hal ini kita adalah rakyat Indonesia yang memiliki kedaulatan tertinggi, memiliki hak untuk memilih calon pemimpin sesuai dengan hati nurani, maka kita sendiri pula yang akan menentukan siapa sosok pemimpin negeri ini yang dapat kita percaya menjadi nahkoda, membawa Indonesia menjadi bersinar di kancah dunia. Memulai mencerdaskan diri kita sendiri sebagai rakyat Indonesia dengan kukuh berprinsip teguh, tanpa menghiraukan tawaran rupiah yangdiimingkan memilih calon pemimpin bukan berdasarkan bualan janji, bukan pula berdasarkan berapa banyak uang yang disodorkan, namun memilih calon pemimpin berdasarkan integritas dan kompetensi yang dianggap mumpuni dan berdasarkan keyakinan hati nurani. Karena pemilu kali ini adalah pemilu penentu nasib Indonesia lima tahun kedepan, pemilu penentu nahkoda yang akan membawa kapal berlabel Indonesia berlayar menuju kesejahteraan bangsa, sehingga Indonesia tidak lagi dipandang sebelah mata. Tidak ada kata terlambat untuk menjadi rakyat yang cerdas memilih, rakyat yang mampu merepresentasikan suaranya sebagai suara representative Indonesia, sebagai wujud partisipasi pesta demokrasi, meskipun hanya bermula dari diri sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun