Gelap tanpa warna
Hanya sesekali saja melintas silau
Rasa-rasanya mati rasa
Menyambut senja entah kemana
Kalah mesra dengan rayuan si Mendung
Hambar...
Tak rapat tatanan tanah ini
Sengaja dibiarkan pemilik Nya
Sedikit yang mengerti
Banyak yang mengeluh
Lantaran pokoknya dimakan ilalang
Sembarangan tumbuh kian meninggi
Entahlah...
Lengannya bawah mulai menipis layu
Hilang kuasa ditimpa kekar bahu
Membesar beranak pinak
Membanyak berkerabat sanak
Satu dua malas meninggi
Satu dua malas berpindah
Susah...
Nyanyi air jatuh menjilat
Beradu bakat paling cepat
Pun angin kalah hebat
Hanya dingin Nya semakin kumat
Obrolan alam hening pekat
Entah siapa si Pembuat
Hebat...
Jari kaki ini mengeriput
Lagi-lagi sekali lagi
Siku-siku bertamu sudut
Lagi-lagi sekali lagi
Kaki, kepala, sum-sum mulai menyemut
Lagi-lagi sekali lagi
Rambut halus beratus lari mencari selimut
Lagi-lagi sekali lagi
Usapan Hawa panas tiada menyambut
Nun jauh pergi dicuri kabut
Lagi-lagi dan lagi
Sekali lagi...
Sambungkan aku
Haturkan aku
Ijabah aku
Kabulkan aku
Meng-Aku
Suara ini jangan hilang
Penasaran ini jangan terbang
Pikiran ini jangan buang
Hati ini jangan jangan
Prasangka...
Kaku diberi
Hangat dicari
Sabar disayangi
Amarah dikasihi
Mata di-matai
Hati di-hati
Dia disini
Menguji memuji...
Sungailiat, Bangka Belitung / 14-11-'17
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI