Mohon tunggu...
Muri Setiawan
Muri Setiawan Mohon Tunggu... Wartawan -

Wartawan wowbabel.com, portal media lokal Bangka Belitung. Pernah bekerja di Bangka TV, Sarana TV, Koran Babel, TVRI, Koran Kite dan Klik Babel.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terang Tanpa Cahaya

12 November 2017   05:29 Diperbarui: 12 November 2017   05:39 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senandung kokok an jago gontai di telinga

Pagi baru menarik selimut tipis

Gemetar geraham seperti boots serdadu

Tak kuasa menahan dingin wudhu

Sajadah motif polkadot

Terlipat di sisi barat dunia

Usang tapi berharga

Ya, sangat-sangat berharga

Inilah permulaan dari segala doa-doa

Kecongkakan syaraf

Ketinggian hati

Kesombongan kekuasaan

Kecintaan duniawi

Tersungkur di tetesan air muka

Kala kening menyentuh tanah

Berserah di wajah pengabul doa

Tanda patuh menghamba

Binar-binar ujung jemari

Menunjuk ke-Esa-an Ilahi

Di senja usia bumi

Temaram masih setia

Menjadi teman bersama mentari

Mengintip ke sisi terus mengisi

Terang terpapar

Cahaya terkapar

Dingin menghindar

Mencari gelap di belahan luar

Dalam terang ini

Perjanjian hidup akan dibukti

Sekali lagi

Hingga redup kembali

Sekali lagi

Dan lagi

Lagi...

Bukit Semut, 12/11/'17

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun