Mohon tunggu...
Murhaban
Murhaban Mohon Tunggu... Lainnya - Peraih Nomine Penyuluh Agama Islam Award Kemenag RI Tahun 2023, Jurnalis, Organisatoris dan Master of Ceremony

Peraih Nomine Penyuluh Agama Islam Award Kemenag RI Tahun 2023, Jurnalis, Organisatoris dan Master of Ceremony

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menghadapi Ancaman: Langkah Proaktif Indonesia dalam Konflik Laut China Selatan

26 Mei 2024   07:42 Diperbarui: 26 Mei 2024   08:00 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Murhaban, SH, CPS, CIWS, CIJ, CDS, CPMC (Peraih Nomine Penyuluh Agama Islam Award Kemenag RI Tahun 2023)/dok. pri

Konflik Laut China Selatan telah lama menjadi sorotan internasional, terutama karena pentingnya wilayah ini dalam jalur perdagangan global dan kekayaan sumber daya alamnya. Ketegangan di kawasan ini kian meningkat akibat klaim tumpang tindih oleh beberapa negara, termasuk China, Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, dan tentu saja, Indonesia. 

Dalam menghadapi ancaman ini, langkah proaktif Indonesia sangat diperlukan untuk menjaga kedaulatan dan stabilitas regional. Dengan bertindak proaktif, Indonesia diharapkan mampu merespons ancaman dengan cepat dan efektif, sehingga dapat meminimalisir potensi konflik serta mengamankan posisinya di tengah kompleksitas dinamika geopolitik regional. Tentu, tulisan ini akan membahas langkah-langkah konkret yang dapat diambil Indonesia, dilengkapi dengan data relevan dan solusi strategis.

Laut China Selatan mencakup lebih dari 3,5 juta kilometer persegi dan memiliki arti strategis besar. Diperkirakan sekitar sepertiga dari total lalu lintas maritim dunia melewati perairan ini, menjadikannya salah satu jalur perdagangan paling vital di dunia. Selain itu, kawasan ini kaya akan sumber daya alam seperti minyak dan gas bumi, serta memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. 

Namun, China telah mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan melalui garis sembilan putus yang kontroversial, menimbulkan gesekan dengan negara-negara ASEAN termasuk Indonesia. Indonesia, meski tidak mengklaim bagian dari Laut China Selatan, terlibat dalam sengketa karena klaim China yang tumpang tindih dengan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di sekitar Kepulauan Natuna. 

Kebijakan dan Tindakan Proaktif Indonesia

1. Penguatan Diplomasi Maritim 

Indonesia perlu terus memperkuat diplomasi maritimnya dengan memanfaatkan posisi strategis sebagai negara penggerak di ASEAN. Diplomasi yang inklusif dan kolaboratif dengan negara-negara ASEAN lainnya sangat penting untuk menghadapi tekanan China secara kolektif. Kerja sama multilateral dapat menjadi alat efektif dalam memperjuangkan aturan hukum internasional seperti UNCLOS 1982.

2. Peningkatan Kapasitas Pertahanan 

Di tengah ketegangan yang meningkat, peningkatan kapasitas pertahanan laut menjadi krusial. Indonesia telah mulai memperkuat armada lautnya, tetapi ini perlu ditingkatkan lebih lanjut. Investasi dalam teknologi pertahanan maritim, peningkatan latihan militer bersama dengan negara-negara sahabat, serta pengembangan infrastruktur pertahanan di Natuna adalah langkah-langkah yang perlu diprioritaskan.

3. Pemanfaatan Teknologi dan Data 

Teknologi pengawasan maritim seperti radar dan satelit sangat penting untuk memantau aktivitas di perairan yang disengketakan. Kerjasama dengan negara-negara maju dalam hal teknologi pengawasan dapat membantu Indonesia mengamankan ZEE-nya. Data yang akurat dan real-time juga mendukung keputusan strategis yang lebih baik.

4. Pengembangan Ekonomi Lokal 

Pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal di sekitar Natuna perlu menjadi fokus. Pemerintah dapat meningkatkan investasi di sektor perikanan dan pariwisata, sehingga masyarakat setempat merasakan manfaat ekonomi langsung dari kehadiran negara. Langkah ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan lokal, tetapi juga memperkuat klaim Indonesia atas wilayah tersebut melalui kehadiran dan aktivitas ekonomi nyata.

5. Kerja Sama Regional dan Internasional 

Penguatan kerja sama dengan negara-negara lain yang memiliki kepentingan di Laut China Selatan, termasuk Amerika Serikat, Jepang, dan Australia, dapat memberikan dukungan strategis bagi Indonesia. Namun, kerja sama ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak memperburuk ketegangan dengan China.

Oleh karena itu, menghadapi ancaman di Laut China Selatan, Indonesia harus mengedepankan langkah-langkah proaktif yang mencakup penguatan diplomasi, peningkatan kapasitas pertahanan, pemanfaatan teknologi, pengembangan ekonomi lokal, dan kerja sama internasional. 

Langkah-langkah ini tidak hanya menjaga kedaulatan Indonesia, tetapi juga berkontribusi pada stabilitas dan perdamaian regional. Dengan pendekatan yang sistematis dan terukur, Indonesia dapat memainkan peran penting dalam menyelesaikan konflik di Laut China Selatan dengan cara yang damai dan berkeadilan. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun