Mohon tunggu...
murdjani dada
murdjani dada Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kreativitas Tak Pernah Mati, Kampung Warna-warni Buktinya

3 Agustus 2017   16:56 Diperbarui: 3 Agustus 2017   17:45 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ceria di Kampung Warna-warni. foto murdjani

Sebenarnya saya gak begitu tertarik untuk melihat Kampung Warna-warni atau oKampungTiga Dimensi yang ada di Kota Malang, letaknya di Jalan Subroto dibawah jembatan dengan sungai melintas dibawahnya dikenal dengan Kali Brantas, tepatnya di  Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur.

Maklum dalam pikiran saya, ya, namanya rumah kumuh dihiasi seperti nenek dimake up terlihat keriputnya akan tenggelam tetap saja wajahnya nenek-nenek.

Tapi setelah mengikuti perjalanan Press Gathering MPR pada 29 juli 2017, masuk ke lokasi kampung Warna-warni, betapa agak suprise karena di lingkungan ini penuh asri, seni tinggi, dan gambaran kehidupan masyarakat yang menikmati kedamaian hidup.

Saat memasuki pintu masuk berupa gang menurun di Kampung Warna-warni dengan melihat dekorasi di kiri kanan, atas dan depan, wow, keren, semua penuh warna yang membias ke mata dan otak bahwa lingkungan jika diberi warna dan sedikit polesan seni, baik seni lukis, anyaman, pasti suasananya terasa hidup dan indah. Itulah Kampung Warna-warni yang dulunya tempat kumuh, masuk saja ke kampung agak enggan, maklum susunan rumah bersap turun naik sesuai dengan pondasi tanahnya.

Ceria di Kampung Warna-warni. foto murdjani
Ceria di Kampung Warna-warni. foto murdjani
Setelah dinding diberi warna dan ornamen lukisan abstrak, realis serta grafiti, tangga diberi warna, yah, inilah suasana kehidupan dunia lain. Akhirnya saya bisa merasa berlama-lama di tempat ini, bahkan mau menyisir ke pinggir kali Brantas yang saat itu airnya tidak dalam karena musim kemarau. Juga terlihat di pinggir aliran sungai ini tidak ada lagi bangunan wc yang sering ditemukan jika ada perumahan di pinggir kali. Selain itu, masyarakatnya tidak lagi sembarangan membuang sampah ke kali.

Jadi, ada perubahan budaya bagi masyarakat di Kampung Warna-warni

Rharas Esting Palupi, kepala bagian pemberitaan hulembaga dan layanan informasi, Sekjen MPR, walau lelah tapi tetap ceria karena lihat Kampung Warna-warni.foto murdjani
Rharas Esting Palupi, kepala bagian pemberitaan hulembaga dan layanan informasi, Sekjen MPR, walau lelah tapi tetap ceria karena lihat Kampung Warna-warni.foto murdjani
atau Kampung Tiga Dimensi untuk menjaga kebersihan pinggir kali seperti tidak ada wc liar atau membuang sampah rumah tangga sembarangan. Bukti itu dengan tidak terlihat bertebaran kantong plastik atau botol minuman plastik di pinggir kali. Sehingga, awalnya kampung kumuh ini yang dicap sebagai kurang bisa mengatasi soal sanitasi, sekarang ini benar-benar bisa mereka atasi dengan menjaga lingkungan bersama.

Ketika berbincang dengan salah satu Mbok penjaga pintu masuk yang tekun setiap orang mau masuk kampung memberikan kupon berupa kartu nama dan meminta untuk membayar tiket masuk Rp3.000 per orang. Dia pun menjelaskan tentang uang ini untuk merehab pembangunan kampung seperti mengganti cat yang buram, juga untuk dana sanitasi lainnya. Suatu swadaya melalui hasil kreatif mewarnai kampung.

Memasuki arena di dalam kampung, ada lokasi untuk mengambil foto bagi pengunjung. Mereka juga bebas mau mengambil foto apa saja yang ada di dinding rumah, benda yang digantung di atas melintas pengunjung.

Bahkakn kini menjadi destinasi wisata yang pengunjungnya tidak saja wisatawan lokal, melainkan juga wisatawan asing seperti Amerika, Belanda, Finlandia, Inggris, Jepang dan negara Asia Tenggara dan Asia Pasipik dan lainnya.

Pemilik rumah yang ramah, penjual minuman yang tidak memaksa harus dibeli dagangannya, semua berjalan smouth, seakan-akan silahkan nikmati apa saja di tempat ini.

Jika sudah puas masuk di Kampung Warna-warni, maka bisa menyeberang melalui jembatan penyeberangan di jalan raya untuk ke Kampung Tiga Dimensi, di sini juga pengunjung dipungut bayaran Rp3.000 per orang yang jika pulang dapat souvenir gantungan kunci, hasil kreasi masyarakat setempat.

Pengunjung bebas untuk mengambil obyek gambar yang menurut mereka sangat menarik untuk diabadikan.

Melihat hasil kreasi dari anak mahasiswa Universitas Muhmmadiyah Malang ini, maka kita bisa ambil inspirasi jika ada tempat yang kumuh kenapa tidak mengambil ide yang sama untuk dijadikan tempat itu tidak kumuh, malah akan mendapatkan masukan hasil dari hasil kreasi merubah kampung kumuh menjadi kampung berseni dan menarik dikunjungi oleh wisatawan domestik atau asing.

Mbok penjaga pintu masuk ke Kampung Warna-warni dengan sumringah wajahnya mengatakan bahwa yang berkunjung ke kampung ini ada dari Amerika Serikat, Inggris, Fiinlandia, Belanda, dan negara Asia lainnya.

"Ada kesan yang saya tidak lupakan, itu dinding rumah itu, saya yang melukisnya," kata Mbok penjaga itu samil menunjuk ke dinding yang erlihat lukisannya abstrak.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun