Sebenarnya saya gak begitu tertarik untuk melihat Kampung Warna-warni atau oKampungTiga Dimensi yang ada di Kota Malang, letaknya di Jalan Subroto dibawah jembatan dengan sungai melintas dibawahnya dikenal dengan Kali Brantas, tepatnya di  Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur.
Maklum dalam pikiran saya, ya, namanya rumah kumuh dihiasi seperti nenek dimake up terlihat keriputnya akan tenggelam tetap saja wajahnya nenek-nenek.
Tapi setelah mengikuti perjalanan Press Gathering MPR pada 29 juli 2017, masuk ke lokasi kampung Warna-warni, betapa agak suprise karena di lingkungan ini penuh asri, seni tinggi, dan gambaran kehidupan masyarakat yang menikmati kedamaian hidup.
Saat memasuki pintu masuk berupa gang menurun di Kampung Warna-warni dengan melihat dekorasi di kiri kanan, atas dan depan, wow, keren, semua penuh warna yang membias ke mata dan otak bahwa lingkungan jika diberi warna dan sedikit polesan seni, baik seni lukis, anyaman, pasti suasananya terasa hidup dan indah. Itulah Kampung Warna-warni yang dulunya tempat kumuh, masuk saja ke kampung agak enggan, maklum susunan rumah bersap turun naik sesuai dengan pondasi tanahnya.
Jadi, ada perubahan budaya bagi masyarakat di Kampung Warna-warni
Ketika berbincang dengan salah satu Mbok penjaga pintu masuk yang tekun setiap orang mau masuk kampung memberikan kupon berupa kartu nama dan meminta untuk membayar tiket masuk Rp3.000 per orang. Dia pun menjelaskan tentang uang ini untuk merehab pembangunan kampung seperti mengganti cat yang buram, juga untuk dana sanitasi lainnya. Suatu swadaya melalui hasil kreatif mewarnai kampung.
Memasuki arena di dalam kampung, ada lokasi untuk mengambil foto bagi pengunjung. Mereka juga bebas mau mengambil foto apa saja yang ada di dinding rumah, benda yang digantung di atas melintas pengunjung.
Bahkakn kini menjadi destinasi wisata yang pengunjungnya tidak saja wisatawan lokal, melainkan juga wisatawan asing seperti Amerika, Belanda, Finlandia, Inggris, Jepang dan negara Asia Tenggara dan Asia Pasipik dan lainnya.
Pemilik rumah yang ramah, penjual minuman yang tidak memaksa harus dibeli dagangannya, semua berjalan smouth, seakan-akan silahkan nikmati apa saja di tempat ini.
Jika sudah puas masuk di Kampung Warna-warni, maka bisa menyeberang melalui jembatan penyeberangan di jalan raya untuk ke Kampung Tiga Dimensi, di sini juga pengunjung dipungut bayaran Rp3.000 per orang yang jika pulang dapat souvenir gantungan kunci, hasil kreasi masyarakat setempat.
 Pengunjung bebas untuk mengambil obyek gambar yang menurut mereka sangat menarik untuk diabadikan.
Melihat hasil kreasi dari anak mahasiswa Universitas Muhmmadiyah Malang ini, maka kita bisa ambil inspirasi jika ada tempat yang kumuh kenapa tidak mengambil ide yang sama untuk dijadikan tempat itu tidak kumuh, malah akan mendapatkan masukan hasil dari hasil kreasi merubah kampung kumuh menjadi kampung berseni dan menarik dikunjungi oleh wisatawan domestik atau asing.
Mbok penjaga pintu masuk ke Kampung Warna-warni dengan sumringah wajahnya mengatakan bahwa yang berkunjung ke kampung ini ada dari Amerika Serikat, Inggris, Fiinlandia, Belanda, dan negara Asia lainnya.
"Ada kesan yang saya tidak lupakan, itu dinding rumah itu, saya yang melukisnya," kata Mbok penjaga itu samil menunjuk ke dinding yang erlihat lukisannya abstrak.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H