[caption caption="Anggota DPD dapil Kalteng . H. Muhammad Mawardi,M.M.,M.Si.foto murdjani"][/caption] Menjadi Senator atau anggota DPD RI, dia salah satu orang yang agak gelisah karena ada satu persoalan yang belum teratasi di daerah pilihan (dapil) dia berada, yaitu Kalimantan Tengah (Kalteng), soal sering terjadi pemadaman listrik.
Soal listrik padam tidak dialami oleh Palangkaraya sebagai ibukota provinsi saja, tapi beberapa kabupaten di wilayah ini. Masyarakat di wilayah ini terpaksa harus biasa dengan kondisi listrik padam, waktunya tidak setengah jam, melainkan enam jam sampai dua belas jam. Dengan
Waktu pemadaman tidak kenal siang atau malam.
“Padam listrik itu tidak lagi mengenal cuaca, biasanya terjadi pemadaman saat hujan dan petir saja, sekarang ini cuaca tidak hujan juga padam, “ kata Senator dapil Kalteng Muhammad Mawardi saat penulis berbincang dengan senator ini soal yang prioritas dengan waktu cepat bisa diselesaikan di Kalteng adalah soal listrik.
Selama masih PLN yang memegang soal penyediaan listrik di Kalteng, selama itu juga listrik itu tidak bisa teratasi secara normal.
“Bagaimana bisa teratasi listrik tidak padam lagi, karena PLN di daerah ini benar-benar tidak mampu mengatasi persoalan byarpet akibat sarana untuk meningkatkan daya listrik belum ada.
Sehingga sekarang ini di Palangkaraya saja, agar terpenuhi daya listriknya, meminta ke provinsi tetangga, Kalsel. Sementara Kalsel sendiri kurang juga dayanya dengan sering mengalami pemadaman bergantian.
Jadi, lebih menyedihkan jika di Kalsel ada gangguan pusat tenaga listriknya, Kalteng terikut pengaruh kena padam listrik.
Bahayanya, jika terjadi pemadam listrik saat musim panas, maka di beberapa tempat sering terjadi kebakaran, maklum bahan bangunan rumah di Palangkaraya, misalnya banyak terbuat dari kayu.
Saat listrik padam, masyarakat biasanya menggunakan lilin untuk penerangan sementara karena lengah, lilin jatuh ke tempat mudah terbakar. Disinilah sering terjadi kebakaran yang api dengan cepat menyebar ke sekitarnya.
“Kadang kita juga ngiri dengan masyarakat di Jakarta ini atau di Pulau Jawa, karena byarpet tidak sesering dialami oleh masyarakat di Kalteng. Yah, itulah nasib orang daerah yang selalu kekurangan beda dengan di Pulaui Jawa,” ucap Mawardi dengan suara lirih.