Nah, saat dia menjelaskan itu ada beberapa wartawan baru datang dan mengulang lagi pertanyaan soal pembangunan perpustakaan itu.
“Laahh, kan, sudah saya jelaskan. Minta aja keterangan saya itu dengan teman yang sudah dari awal ikut penjelasan,” pinta Akom.
Wartawan itupun diam.
Akom menjelaskan lagi soal pembangunan perpustakaan itu belum dibicarakan kepada pemerintah tapi masih mau dirapatkan di rapat pimpinan DPR dengan pimpinan fraksi.
“Kita menyadari bahwa DPR itu disoroti terutama dalam kerjanya sebagai legislasi, yang dulunya hasil UU sangat minim jumlahnya. Tapi kita sekarang ini bisa kejar dengan hasil UU itu bisa kita lihat bulan ini saja sudah ada empat yang selesai,” ujarnya.
Ada lagi yang ingin penegaskan bagaimana jika rencana pembangunan perpustakaan itu ditolak pemerintah. Dijawab Akom, ya, tidak apa-apa, kita sudah mengusulkan.
Dalam ngobrol santai itu, Akom juga menyayangkan perjuangannya untuk bangun perpustakaan seperti mulai terhambat dengan berita arusnya lebih banyak menentang pembangunan itu daripada mendukung.
“Saya membaca koran pusat dan lokal. Setelah saya evaluasi, berita agar pembangunan perpustakaan itu lebih banyak tidak mendukung daripada mendukung. Berita mendukung lebih sedikit. Ya, saya memaklumi saja, yang namanya The bad news and the good no news,” kata Akom.
Kekerasan sifat Akom terlihat lagi, saat dia berbusa-busa selesai menjawab pertanyaan wartawan dari ngolor-ngidul yaitu soal pembangunan perpustakaan, pembajakan pesawat, hukuman bagi narkoba, dia keluar ruangan wartawan dan di pintu keluar dicegat lagi oleh kru kamera yang sudah stand by dengan kamera dan reporter cewek cantik.
Akom melihat itu agak tersentak.
Seorang reporter wanita ingin minta waktu diinterview, Akom langsung menjawab, “Lah, saya di dalam hampir dua jam beri penjelasan. Sudahlah, saya capek.” Langsung Akom mengeluyur melangkah lantai lobi mengarah ke lift mau naik ke ruang kerjanya.