Keduanya benahi perpustakaan provinsi, kabupaten dan kota dengan dana dikucurkan lebih besar, sehingga mengena untuk masyarakat di tempat itu.
Jika dibangun di kompleks DPR saja, yang menikmati orang yang ada di Jakarta atau yang berkunjung ke Jakarta. Toh, anggota DPD dan DPR alergi ke perpustakaan dengan alasan waktu banyak untuk rapat rapat dan merapat.
Tapi Akom saat menjawab pertanyaan itu berkeras akan merealisasikan ide para cendekiawan itu.
“Boleh dong orang punya ide untuk diusulkan. Nah, saya menghormati para cendekiawan yang mengusukan itu. Jangan ada kesan ide itu dari saya..ingat tidak fair jika itu dari saya,” kata Akom.
Seiring waktu berjalan, rencana pembangunan perpustakaan itu ternyata tidak surut dari semangat Akom.
Bahkan beredar info tentang dana pembangunan itu senilai Rp 570 miliar.
Nah, saat ngobrol santai di ruang wartawan di Gedung Nusantara III DPR yang terjadi hari Rabu (30/3) Akom habis-habisan menjelaskan soal pembangunan perpustakaan DPR itu.
Dia menunggu kameraman untuk bersiap merekam bahkan dia katakan, “Panggil teman lainnya, jangan ada sampai dua kali saya menjelaskan, capek. Dan saya tidak akan ulangi apa yang sudah saya jelaskan.”
Ade membeberkan kembali tentang perjuangannya agar Perpustakaan DPR terbesar se Asia Tenggara itu bisa direalisasikan.
“Kenapa saya berkeras membangun itu, karena itu niat baik untuk cerdaskan bangsa ini dari ide para cendekiawan. Masa, niat baik itu tidak kita realisasikan. Soal nantinya diterima atau tidak oleh pemerintah itu hal lain. Yang penting ada rencana yang akan kita ajukan untuk pembangunan itu,” ujarnya.
Sungguhpun, saat rencana soal pembangunan gedung DPR dimonotarium, tapi soal mengusulkan pembangunan perpustakaan ini tetap saya perjuangkan.
Saya tidak akan mundur untuk perjuangkan pembangunan perpustakaan itu, tegasnya.