Tanggal 10 Desember adalah peringatan hari internasional hak asasi manusia. Ada berita yang akhir-akhir ini lumayan viral yaitu seorang ratu kecantikan asal Ukraina bernama Veronika Didusenko yang terpaksa harus merelakan gelarnya karena ternyata ia diketahui sudah memiliki seorang anak berumur lima tahun.Â
Veronika dicopot dari gelarnya karena pemenang dari kontes ini akan mewakili negaranya di ajang Miss World dan peraturan dari Miss World sendiri adalah peserta tidak boleh memiliki anak. Dengan kejadian ini dikabarkan Veronika akan menempuh jalur hukum atas tindakan diskriminasi mengapa seorang ibu tidak boleh menjadi ratu kecantikan. Ya mungkin ini masalah yang rancu karena apa bedanya ia dengan wanita lainnya, selama ia masih di usia yang muda dan bisa mempunyai advokasi yang bagus untuk ia tunjukan.Â
Namun peraturan tetaplah peraturan di mana pihak Miss World berasalan tidak menerima seorang ibu menjadi peserta Miss World karena justru tidak ingin anak-anak terlantar. Bagaimana si anak jika nanti ibunya akan pergi keliling dunia untuk menjalankan tugas. Bahkan Veronika sendiri terancam bisa dituntut balik karena memalsukan data statusnya saat mendaftar di ajang Miss Ukraine.Â
Tidak seperti tahun sebelumnya di mana perhelatan ratu sejagat namun berbeda organisasi yaitu Miss Universe 2018 yang membolehkan seorang transgender mengikuti kompetisi tersebut. Ia adalah Angela Ponche yang mewakili negaranya Spanyol.Â
Banyak pro dan kontra dengan keikutsertaannya. Yang pro mengatakan sekarang bukan jamannya diskriminasi dan setiap manusia mempunyai hak asasi yang sama termasuk kaum LGBT. Sementara yang kontra mengatakan Miss Universe adalah ajang untuk wanita ya literally wanita no KW KW club.Â
Dan untuk wanita transgender sendiri pun sudah mempunyai kompetisi kontes kecantikan tersendiri khusus untuk para transgender dan seharusnya ia berkompetisi di ajang tersebut. Walaupun banyak menuai pro kontra namun ia tetap menjadi peserta meskipun tidak berhasil memenangkan atau bahkan menembus top 20. Namun ia sempat memberikan pidato yang mengatakan bahwa dirinya tidak harus menjadi Miss Universe tapi yang terpenting adalah ia bisa berada di sini.
Waktu terus bergulir perubahan jaman begitu juga perubahan pikiran manusia. Saat ini masyarakat lebih toleransi dengan perbedaan. Dan saling menghargai hak asasi manusia membuat manusia lainnya percaya diri karena mulai diakui. Sebagian besar sudah mengakui keberadaan kaum LGBT meski saat ini masih terus pro-kontra.Â
Sekarang sudah tak jaman rasis,  dan sudah mengenal istilah body shaming. Tinggal belum ada jomblo shaming alias ga boleh ngata-ngatain orang yang belum sold out  haha becanda. Ya banyak hal positif dengan pikiran baru tersebut sehingga jangan ada lagi yang membeda-bedakan antar sesama manusia dari bentuk fisik semata. Siapapun bebas bergerak.
Namun terkadang pemikiran bebas terlalu berlebihan dan went too far. Contohnya muncul berbagai gerakan sosial di masyarakat terutama kepada kaum perempuan. Mungkin awalnya mereka seorang feminis namun menurut saya seharusnya feminism bukan berarti bebas sebebas-bebasnya.Â
Kesetaraan gender yang utama yang diperjuangkan oleh kaum feminis untuk memperjuangkan hak yang sama antara laki-laki dan perempuan tanpa ada diskriminasi. Namun emansipasi yang diperjuangkan esensinya adalah persamaan derajat dan persamaan hak seperti hak politik, keadilan pemberian gaji dan hak lainnya. Dan bukan kesetaraan yang semuanya bisa disetarakan seperti gerakan free the nipple dan free bleeding.
Free the nipple adalah gerakan ynag bertujuan untuk menghapus diskriminasi organ intim wanita (puting). Di mana mereka yang mendukung gerakan ini berkampanye dengan cara mengenakan kaos tanpa bra atau topless. Tujuannya adalah jika laki-laki bisa melakukan sesuatu dengan bertelanjang dada tanpa dipandang suatu hal yang vulgar maka wanita juga ingin bisa menunjukannya tanpa harus dipandang vulgar. Gerakan ini sudah lama terjadi di luar negeri dan banyak selebriti Hollywood yang mendukung seperti Miley Cyrus.