Sudah setengah bulan menjalani puasa tapi bagi Rumi belum ada semangat. Saat menyambut datangnya bulan Ramadhan pun ia tidak antusias, seperti ada yang mengganjal dalam batinnya. Ia memikirkan kondisi keluarganya saat ini yang ekonominya sedang morat-marit semenjak Ayahnya tidak lagi menjadi karyawan.
Sudah 8 bulan ayahnya keluar dari pekerjaan tetapnya, entah apa alasannya. Lelaki 45 tahun itu tidak menjelaskan kepada keluarganya mengapa ia keluar dari pekerjaan tetap yang bisa memberikan ia tunjangan. Dan sekarang ia beralih profesi sebagai pengemudi ojek online. Karena keputusan ayahnya demikian membuat Rumi kesal dan berfikir bisa saja ayahnya dipecat, bukan mengundurkan diri. Semenjak itu uang jajannya dikurangi, bayaran sekolah selalu telat, dan untuk hari lebaran kali ini sepertinya ia tidak akan mendapatkan baju baru. Jangankan baju baru, untuk mudik ke Trenggalek saja tahun ini mereka tidak mampu.
Ia kecewa dengan sang Ayah yang memutuskan sesuatu tanpa memikirkan ia, ibunya, dan dua adiknya. Tidak ada baju baru, tidak bertemu nenek, dan tidak ada uang lebaran. Idul Fitri tahun ini akan terasa tidak lengkap. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Tidak lengkap rasanya jika hari lebaran tidak punya uang.
Rumi yang masih pelajar, mengisi hari-hari di bulan Ramadhan dengan mengikuti pesantren kilat di sekolahnya. Setelah itu ia pulang ke rumah membantu ibu menjaga adik-adiknya. Saat waktunya berbuka ia hanya ditemani oleh ibu dan dua adiknya, ayahnya selalu pulang malam malah terkadang tidak pulang, satu hari penuh di jalanan.
Namun kadang Rumi berfikir ayahnya tidak peduli dengan keluarga, sudah keluar dari pekerjaan mendadak dan semenjak menjadi pengemudi ojol ayahnya lebih tidak banyak bicara dan sering tidak pulang. Untuk melampiaskan kekecewaan terhadap ayahnya ia hanya membalas pertanyaan ayahnya dengan singkat. Seperti saat ayahnya bertanya "gimana puasanya lancar gak kak ?", Rumi hanya menjawab "iya" setelah itu masuk ke dalam kamar.
Keesokan harinya keluarga Rumi berbuka puasa di rumah lengkap dengan sang ayah. Kali ini ayahnya lebih sumringah dari biasanya. Ada cerita menarik yang disampaikan sang ayah bahwa ia baru saja diwawancarai oleh seorang wartawan dari koran ibukota dan hasilnya akan diterbitkan besok pagi. Rumi senang mendapat kabar tersebut namun fokus kegembiraannya adalah bukan karna ayahnya akan masuk koran, namun karna ia berfikir jika ayahnya dimintai wawancara mungkin saja ayahnya mendapat uang bayaran. Yah, saat ini di benak Rumi hanyalah uang.
Ia ingin menabung untuk ikut acara trip ke Bandung saat perpisahan sekolah di pertengahan tahun nanti. Ia mengerti akan keadaan kekuangan keluarganya saat ini, namun ia pun bingung karena tidak diijinkan bekerja paruh waktu oleh orang tuanya walaupun hanya sekedar bekerja sebagai penjaga toko.
Di pagi harinya Rumi berangkat ke sekolah dengan antusias. Sebelum naik angkot ia mampir membeli koran 'Berita Kota', koran yang cukup terkenal di kota. Ternyata benar apa yang ayahnya katakan, wajahnya terpampang nyata di halaman depan meskipun di foto tidak bisa menyembunyikan wajah lelah. Ayah Rumi masuk ke salah satu artikel koran dalam rubrik 'Sosok Hari Ini'. Rumi pun semangat membaca.
Dalam isi artikel tersebut adalah wawancara mengenai kesan-kesan driver ojol menjalankan ibadah puasa sambil bekerja di tengah kejamnya jalanan. Ayah Rumi menceritakan banyaknya jumlah pengemudi ojek online maka persaingan untuk mendapat orderan semakin ketat. Maka dari itu ia harus kerja ekstra demi memberikan kebutuhan lebaran untuk keluarganya nanti. Terkadang ia tidak pulang dan menginap di jalanan hanya untuk lanjut mencari order tengah malam.
Menurutnya saat waktu menjelang sahur justru banyak customer order Go-Food ditambah saingan tidak terlalu banyak seperti pada saat menjelang waktu berbuka. Kemudian wartawan menanyakan lagi, apakah akan pulang kampung. Untuk tahun ini ia tidak pulang ke kampung karena tidak punya cukup uang. Dan dilanjutkan pertanyaan-pertanyaan ringan lainnya. Rumi pun tak terasa menitikan air mata saat membaca wawancara ayahnya. Ia menyesal sudah marah pada ayahnya dan telah berfikir buruk. Ayahnya kerap tak pulang karena bekerja terlalu ekstra untuk keluarga. Sedih Rumi membayangkan ayahnya sampai harus tidur di luar rumah demi mencari order.
Ayahnya adalah sosok pendiam yang sulit mengungkapkan isi hati, namun dibalik itu ia mempunyai sejuta rasa sayang. Saat itu juga ingin rasanya ia minta maaf pada ayahnya namun Rumi sama dengan ayahnya yang tidak mudah untuk mengungkapkan perasaan. Rumi pun hanya berani mengirim pesan via Whatsapp menanyakan sedang ada di mana. Kali ini ia ingin menjaga hubunga komunikasi dengan ayahnya agar lebih intens. Satu setengah jam whatsapp nya belum dibaca. Saat jam istirahat ia menelepon ayahnya namun tidak aktif.
Entah kenapa Rumi tiba-tiba khawatir. Ia sudah berfikir yang tidak-tidak apalagi dua bulan yang lalu ayahnya pernah jatuh dari motor. Kemudian ia menelepon ibunya menanyakan keadaan ayahnya apakah handphone nya bisa dihubungi atau tidak. Ibunya memberitahukann bahwa ayahnya ada di rumah, pulang sejenak untuk mencharge handphone. Handphonenya mati. Seketika perasaannya lega. Ia bersyukur dalam hati "terima kasih Ya Allah ayah masih hidup". Saat sampai di rumah, ayahnya sudah pergi lagi dan sudah membalas whatsapp Rumi tadi pagi. Ayahnya menjelaskan tidak bisa langsung membalas karena sedang membawa penumpang, dan handphone nya terlanjur mati karena sudah lowbat.
Mulai saat ini ia berjanji tidak akan mengeluh dan ingin lebih mengerti orang tuanya. Apapun keputusan ayahnya lebih memilih mengojek pasti ada alasan tertentu yang mungkin tidak bisa diceritakan kepada anak-anaknya. Ia hanya ingin bersyukur masih punya orang tua yang lengkap. Ia tidak akan mengkhawatirkan tentang baju baru. Apa yang orang tuanya lakukan sudah cukup. Koran 'Berita Kota' ia bawa pulang dan ia gunting bagian berita ayahnya dan ia tempel di file binder nya untuk kenang-kenangan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI