"Ibu juga ingin mengumumkan bahwa lukisan Andika Putra menjadi juara satu lomba melukis tingkat SD se-kotamadya. Lukisan Andi dilelang dan terjual dengan harga 100 juta. Beri tepuk tangan sekali lagi, " lanjutnya penuh semangat diiringi bertepuk tangan yang sangat meriah.
"Lukisan Andi bisa kalian lihat di depan kantor guru. Pembelinya mengizinkan lukisan Andi di pajang di sekolah selama dua hari," ucap kepala sekolah menutup pengumuman. Semua siswa berhamburan menuju kantor guru. Mereka berebutan untuk melihat lukisan Andi.
Ibu Andi mengintip di sela kerumunan. Ia tertegun. Matanya mendadak berkaca-kaca melihat lukisan itu. Ia kenal betul lukisan itu. Seorang ibu separoh baya yang sedang menjahit tengah malam dengan lampu yang tidak begitu terang sedang diintip oleh seorang anak kecil dari dalam bilik kamarnya.
"Ini untuk Ibu. Sekarang ibu tidak perlu menjahit sampai malam-malam lagi. " Andi menyodorkan cek senilai 100 juta. Air  matanya pun jatuh. Selama ini ia sama sekali tidak pernah sadar kalau Andi selalu mengintipnya setiap kali sedang menjahit tengah malam. Dan semua yang dilihat Andi, ia abadikan dalam lukisannya. Di lukisan itu tampak jelas kecemasan dan kegundahan hati seorang anak terhadap perjuangan ibunya.
"Andi sayang ibu."
Mereka berpelukan. Tenggelam dalam air mata bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H