Mohon tunggu...
Elvi Murdanis
Elvi Murdanis Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Pendidikan, Parenting, Remaja dan Sejarah. Sharing @elvimurdanis

Menulis membuat hidup lebih berkualitas dan bermakna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lukisan Pertama Andi

22 Juni 2020   20:28 Diperbarui: 22 Juni 2020   20:17 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Yang ini lebih bagus, Ndi. Kalau pakai ini kamu akan serasa pelukis beneran," ujar temannya sambil terseyum. "Aku saja beli yang ini," lanjutnya. Andi mengerutkan kening. Wajahnya menunjukan keraguan.

"Yang ini untukmu, aku yang bayar," ujarnya menyodorkan sepaket alat melukis sama seperti yang ia beli.

 "Tenang, ayahku pelukis. Dia pasti mau mengajarimu untuk menggunakannya," ujarnya meyakinkan. Andi hanya menatap semua barang-barang yang dipilihkan temannya. Belakangan ia tahu bahwa semua peralatan itu adalah alat-alat lukis kualitas nomor satu.

Setelah beberapa kali belajar, Andi mulai mahir menggambar. Tidak hanya menggambar, ternyata ia juga punya bakat melukis. Karena fokus belajar melukis melukis, ia jarang mengulang pelajaran di rumah. 

Perubahan ini diperhatikan oleh ibunya. Hingga suatu malam ibunya berkata, "Andi, menggambar boleh-boleh saja, tapi jangan lupa belajar. Kalau kamu tidak belajar, bagaimana bisa dapat juara satu lagi. Sia-sia ibu banting tulang menjahit siang malam,"

"Gak kok, Bu. Andi tetap belajar tapi tidak di rumah. semua sudah andi selesaikan di sekolah," ujarnya menjelaska agar sang ibu tidak risau.

Malam semakin larut. Ia masih juga mendengar deru mesin jahit ibu. Ia mengintip keluar. Sesekali ia melihat ibunya menggeliat ke kanan dan ke kiri memegang pinggangnya. Hatinya terasa teriris. Ingin sekali rasanya ia melarang ibu tidak menjahit lagi. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya anak kecil yang masih menggantungkan nasib pada orang tuanya.

"Andi janji, Bu. Andi akan giat belajar dan jadi orang yang sukses suatu saat nanti," janjinya dalam hati.

 Tugas kesenian sudah dikumpul Andi tepat waktu. Ibu guru sangat menyukai lukisannya. Bahkan ia hampir tak percaya itu adalah hasil karya Andi. Andi pun kembali giat belajar. Ibunya sangat senang melihat perubahan itu. Waktu bagi raport pun tiba. Pagi itu, betapa besar harapannya, ia akan mendengar lagi Andi menyandang juara satu seperti tahun lalu.

"Juara umum kita adalah Andika Putra, siswa kelas lima. Kepada anak kami dipersilahkan maju ke depan untuk menerima hadiah dan penghargaan," ujar  ibu kepala sekolah penuh semangat diiringi tepuk tangan yang meriah dari seluruh guru dan murid.

Ibu Andi terharu. Piagam yang dikalungkan di leher anaknya, membuat ia tak hentinya bersyukur di dalam hati. Ingin sekali rasanya ia langsung memeluk Andi seketika itu juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun