Mohon tunggu...
Elvi Murdanis
Elvi Murdanis Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Pendidikan, Parenting, Remaja dan Sejarah. Sharing @elvimurdanis

Menulis membuat hidup lebih berkualitas dan bermakna

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Teater Drive-In, Tren Baru di Dunia karena Pandemi Corona, Benarkah?

22 Juni 2020   12:18 Diperbarui: 22 Juni 2020   12:25 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Konser Drive-In (Sumber: liputan6.com)

Bersama Pemerintah DKI Jakarta pada tahun 1962, Ciputra merencanakan pengembangan wilayah Ancol menjadi perumahan, industri, dan rekreasi. 

Sepulang dari Amerika, Ciputra mempunyai mimpi baru. Ia ingin Ancol tak hanya menjadi perumahan, industri dan rekreasi saja tapi juga rekreasi berbasis mekanik dan teknologi. Di Ancol akan ada sirkuit balap, akuarium, bioskop dan drive-in seperti yang ada di Amerika. Di Amerika sendiri teater berkendara sudah ada sejak tahun 1933.

Munculnya teater kendara seperti efek domino yang membawa angin segar bagi perekonomian bangsa. Perbaikan ekonomi pada awal Orde baru, memunculkan kelas menengah atas yang mampu membeli mobil. 

Perusahaan dagang asembling mobil pun ramai-ramai membuka perusahaannya seperti Toyota, Honda, Mitsubishi, Suzuki, Mazda dan Subaru yang merajai  jalanan Indonesia di era 70-an. Dimana sebelumnya mobil yang laris hanyalah mobil buatan Amerika dan Eropa. Kehadiran perusahaan tersebut  semakin menambah besarnya ketersediaan lapangan kerja pada masa itu yang semakin menambah tingkat kesejahteraan rakyat saat itu. 

Setelah teater kendara, Ciputra menggagas konser musik untuk menambah pendapatannya. Namun sayang, memasuki awal 1990-an masa kajayaan teater kendara berakhir. Ia beralih rupa, menjadikan teater kendara menjadi pusat belanja busana berbahan denim atau jeans, Cahaya Jeans Centre. 

"Trend dunia sudah mulai berubah. Trend berekreasi sambil belanja, dan sambil berekreasi," ungkap Ciputra. (Artikel lengkap silakan dibaca di laman historia.id)

Sungguh keputusan yang bijak. Ia mampu melihat peluang. Mnegubah hambatan menjadi tantangan. Mengubah tantangan menjadi peluang. 

Inilah jiwa Entrerpreneur sekaligus Leader yang sesungguhnya. Visioner, mampu memandang jauh ke depan. Berani mengambil resiko terhadap segala keputusan yang sudah diambil. 

Tentu ini bukan hal yang mudah. Tentu saja semua dilaluinya dengan proses belajar yang panjang. Karena tak ada satu pun orang yang sukses tanpa proses belajar yang panjang dalam hidupnya. 

Belajar dari kesalahan-kesalahan di masa lampau adalah cara terbaik untuk meningkatkan kualitas diri. Jika kita terus belajar dan mengeksploras skill kita, bukan tak mungkin kita akan menjadi 'Ciputra-Ciputra Junior' yang akan mensejahterakan Indonesia dengan ide-ide brilliannya.

Seyogianya kita tidak melupakan masa lalu. Masa di mana kita mulai belajar untuk pandai melakukan sesuatu. Masa dimana  kita belum bisa di sebut apa-apa dan bukan siapa-siapa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun