Mohon tunggu...
dwi murdaningsih
dwi murdaningsih Mohon Tunggu... -

mahasiswa semester akhir jurusan kimia yg masih berjuang demi kelulusan, tapi menyimpan minat sang sangat terhadap dunia juranlistik. rencananya setelah lulus, mau banting setir dari departemen kimia menuju departemen jurnalistik. insyaallah, mohon doanya...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

LPM, Jangan Sekedar Meliput

31 Desember 2010   15:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:07 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak zaman dulu, pers merupakan lembaga yang urgent. Napoleon Bonaparte jenderal besar Prancis bahkan lebih takut terhadap goresan pena seorang penulis dibandingkan ribuan tentara. Pers memiliki peranan yang sangat strategis dalam menggiring opini publik. Di negara kita, kesadaran mengenai nasionalisme dan cinta tanah air pun salah satu nya dilahirkan oleh tulisan-tulisan para pemuda. Pers/koran sebagai kendaraannya ketika itu.

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) baik di tingkatan fakultas maupun universitas adalah sebuah “lembaga kehormatan” yang memiliki peranan me-managemen isu yang sifatnya independen, netral tanpa ditunggangi kepentingan apapun selain fakta dan realitas, selain itu sebagai media aspirasi perpanjangan mulut antara mahasiswa, birokrasi bahkan pemerintah.

Seiring berjalannya waktu, peranan LPM sebagai kontrol kebijakan kebijakan dan pembentukan opini mulai beralih. LPM hampir kehilangan jati diri. Tidak lagi tajam, justru mulai merambah dunia humas (hubungan masyarakat) yang tujuannya mengekspos  pemberitaan saja.

Banyak tulisan yang tersaji hanya sekedar liputan kegiatan kampus. Ruang diskusi meredup, kehidupan kampus pun berasa damai-damai saja. LPM seolah menjadi “teman yang baik” dari birokrasi, yang sering dicari untuk mempromosikan kampus, yang akan menulis dengan apik setiap event yang terjadi di kampus, bukan lagi menjadi media penampung aspirasi pro mahasiswa.

Efeknya sudah bisa ditebak, LPM tidak menjadi pena yang ditakuti oleh Napoleon Bonaparte, namun menjadi “anak buah kesayangan” birokrasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun